(IslamToday ID)—Pihak Seoul dan Tokyo mengatakan Korea Utara telah menembakkan dua rudal balistik ke laut lepas pantai timurnya beberapa jam setelah kapal selam Amerika Serikat bertenaga nuklir tiba di pangkalan angkatan laut di Korea Selatan.
“Dalam putaran ketiga peluncurannya sejak pekan lalu, Korea Utara menembakkan rudal secara berurutan pada Senin malam dari sekitar pukul 23:55 (14:55 GMT) hingga tengah malam (15:00 GMT) dari daerah dekat ibukotanya, Pyongyang,” ungkap Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin (24/7/2023).
Kedua rudal menempuh jarak sekitar 400 km (248 mil) sebelum mendarat di perairan lepas pantai timur Semenanjung Korea.
Militer Korea Selatan menyebut peluncuran rudal Korea Utara sebagai “provokasi besar” yang mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan.
Kementerian pertahanan Jepang juga melaporkan peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara. Mungkin ada beberapa rudal yang diluncurkan, lapor media Jepang, mengutip sumber pemerintah Jepang.
“Proyektil tersebut diyakini telah jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang,” ungkap penyiar publik Jepang NHK, mengutip pejabat.
Penjaga pantai Jepang mendesak kapal-kapal di daerah yang terkena dampak untuk berhati-hati terhadap puing-puing yang berjatuhan.
Peluncuran itu terjadi beberapa jam setelah angkatan laut Korea Selatan mengatakan kapal selam AS bertenaga nuklir – USS Annapolis – telah tiba di sebuah pelabuhan di Pulau Jeju.
Untuk diketahui, Annapolis memiliki misi utama untuk menghancurkan kapal dan kapal selam musuh.
Kapal ini ditenagai oleh reaktor nuklir tetapi dipersenjatai dengan senjata konvensional.
“Kapal selam itu terutama berlabuh di Jeju untuk memuat perbekalan tetapi Jang Do Young,” ungkap juru bicara angkatan laut Korea Selatan.
Dia mengatakan militer AS dan Korea Selatan sedang mendiskusikan apakah akan mengatur pelatihan yang melibatkan kapal tersebut.
Kunjungan Annapolis terjadi beberapa hari setelah USS Kentucky menjadi kapal selam bersenjata nuklir AS pertama yang datang ke Korea Selatan sejak 1980-an.
Di sisi lain, Korea Utara bereaksi dengan marah atas kedatangan Kentucky, dan memperingatkan bahwa pengerahan semacam itu dapat memenuhi kriteria penggunaan senjata nuklirnya. (res)