(IslamToday ID)—Terkejut dengan keputusan Elon Musk untuk menggunakan Malaysia sebagai basis Tesla Inc di Asia Tenggara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan tetap optimis bahwa orang terkaya di dunia itu akan tetap berinvestasi pada rantai pasokan kendaraan listrik (EV) Indonesia.
Setelah pertemuan singkat selama dua setengah jam pada 3 Agustus di San Francisco, pembuat mobil multimiliarder itu dikatakan telah setuju untuk membuat keputusan akhir untuk membangun manufaktur di Indonesia pada akhir tahun.
Belajar dari kesalahan masa lalu, ketika Indonesia terlalu terburu-buru memberitakan kerjasama dengan Musk, Panjaitan dan tim perundingnya sangat sedikit berbicara secara terbuka tentang hasil pertemuan ini.
Sebuah sumber yang dekat dengan Panjaitan mengatakan Musk “sangat terbuka tentang apa yang dia pikirkan” mengenai Tesla dan SpaceX, usaha pesawat luar angkasanya yang sebelumnya telah ditawari lokasi peluncuran di pulau Biak, lepas pantai utara Papua.
Satu-satunya komentar publik Indonesia terfokus pada usulan kolaborasi dengan anak perusahaan SpaceX, Starlink, yang saat ini menyediakan akses internet murah ke lebih dari 60 negara menggunakan lebih dari 4.000 satelit kecil yang diproduksi secara massal di orbit rendah Bumi.
Menteri Kesehatan Budi Sadikin, yang mendampingi Panjaitan dalam pertemuan tersebut, mengatakan Starlink diperlukan untuk menghubungkan sekolah dan klinik kesehatan di daerah-daerah terpencil dan terpinggirkan di Indonesia timur, sebagian besar Maluku dan Papua.
Di antara pelanggan penyedia internet adalah Ukraina, yang menganggap layanan ini penting untuk menjaga komunikasi di pedesaan pada masa Perang ini.
Meski tidak disinggung dalam rilis resminya, sumber itu mengatakan kedua belah pihak berbicara tentang investasi pembuatan mobil minimal US$1 miliar, namun dia mengindikasikan hal itu mungkin bergantung pada apakah pemerintah siap untuk membuat konsesi signifikan yang telah terjadi.
“Masalahnya ada di regulasi kami karena kami tidak mengizinkan dia melakukan apa yang diinginkannya,” kata Sadikin kepada Asia Times, mengacu pada Musk. “Yang paling penting adalah setiap orang harus tahu apa yang akan mereka dapatkan.”
Analis percaya pemerintah sangat tertarik untuk membawa Musk, tidak hanya sebagai pelopor EV yang kredibel, tetapi juga untuk menyeimbangkan investasi dari China, yang telah mendominasi industri nikel lokal dan terus menggelontorkan miliaran dolar ke Indonesia.
Presiden Jokowi saat ini berambisius mengembangkan seluruh lini produksi EV, termasuk peleburan bahan baku dan pembuatan baterai dan kendaraan hingga perakitan kendaraan akhir namun upaya itu menemui hambatan tatkala Musk tidak bersedia berinvestasi ke Indonesia.
Meskipun Panjaitan telah menghabiskan tiga tahun untuk mencoba memikat Musk ke Indonesia, pembicaraan tersebut terhenti di akhir tahun lalu, yang mengarah ke spekulasi bahwa multi-miliarder itu terhalang oleh peraturan negara yang “kacau” dan kondisi lainnya.
Kondisi Indonesia yang belum siap ini membuat Tesla akhirnya mendirikan kantor regional dan pusat layanan di Selangor, negara bagian di sekitar Kuala Lumpur.
Selain itu, Malaysia juga menandatangani impor bebas tarif model Tesla Model 3 dan Model Y terbaru, yang peluncurannya di gigafactory Tesla di Shanghai berkontribusi pada peningkatan produksi EV sebesar 86% menjadi 441.000 unit pada kuartal pertama tahun ini.
Aturan Pemerintah Daerah Yang Rumit
Manufaktur EV di Indonesia telah berjalan dengan sangat lambat, sebagian karena aturan pemerintah daerah terbukti menjadi kendala lain meskipun pemerintahan Jokowi mendesak untuk mengembangkan industri tersebut.
Baru minggu ini, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia terpaksa memberikan jaminan bahwa konsorsium yang dipimpin oleh LG Energy Solution Korea Selatan masih aman ntuk membangun pabrik baterai EV terintegrasi senilai $8,9 miliar di Jawa Tengah.
“Kementerian Penanaman Modal akan terus mengawal proses perizinan dan mempermudah investasi LG di Indonesia agar cepat terealisasi dan memberikan manfaat langsung,” kata Lahadalia merujuk langsung pada persoalan regulasi yang meresahkan.
Terlepas dari empat putaran pertemuan dengan Tesla pada 2020-2021 – dan kunjungan Widodo yang banyak dipublikasikan ke kompleks SpaceX di pantai teluk Texas – Indonesia jelas memiliki masalah untuk memenangkan hati Musk. [sya]