(IslamToday ID)—Harga gas alam Eropa melonjak hampir 40 persen karena risiko kekurangan gas alam cair global. Selain itu biaya listrik Eropa tetap berada di rekor tertinggi yang menciptakan krisis hingga kerapuhan sistem energi Eropa.
Situasi ini membuktikan ketergantungan Uni Eropa pada gas Rusia belum terselesaikan.
Pada akhir tahun 2022, krisis energi Jerman adalah contoh paling jelas dari kegagalan kebijakan energinya yang mencoba menolak sumber energi dari Rusia. Tidak heran saat ini Jerman berada dalam masa resesi karena kesulitan dalam menyuplai energi ke sektor-sektor energinya.
Seperti yang diketahui sektor industri Jerman membutuhkan energi yang melimpah dan terjangkau, dan berbagai cara pemerintah untuk mencari pengganti Rusia tidak berhasil.
Bagaimana dengan Spanyol?
Pemerintah Spanyol memutuskan untuk menghilangkan subsidi biaya gas dan membebankannya kembali kepada konsumen.
Hasilnya konsumen Spanyol memilih untuk membeli gas alam cair (LNG) dari Rusia melonjak, tetapi pemerintah mencoba meyakinkan warga bahwa LNG dari Novatek adalah “bukan gas Rusia” karena itu bukan pasokan pipa Gazprom, padahal pemasoknya terbukti adalah perusahaan multinasional energi Rusia.
Kebijakan Salah Langkah Eropa
Pemerintah Eropa setelah mencoba meninggalkan energi Rusia, UE terus menempatkan negara-negara di kawasan pada transisi energi yang salah arah yang mengabaikan keamanan pasokan dan daya saing dan akan membuat UE bergantung pada China untuk tanah jarang serta AS dan OPEC untuk komoditas minyak.
Uni Eropa seharusnya meninggalkan keputusan kurang tepat mereka dan mencari solusi optimal yang memberikan pasokan energi yang kompetitif dan aman.
Intervensionisme UE ini tidak memberikan energi yang lebih baik atau lebih murah; itu membuat Uni Eropa kalah dalam perlombaan teknologi dan keamanan energi yang saat ini sedang berlangsung. [sya]