(IslamToday ID)—Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan melakukan pembicaraan dengan rekan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, di kota Rusia Sochi pada tanggal 4 September.
Meskipun daftar topik yang akan dibahas secara pasti belum secara resmi diumumkan, Peskov telah menyatakan sebelumnya pada bulan Agustus bahwa agenda pertemuan tatap muka antara kedua presiden akan mencakup hubungan bilateral, konflik di Ukraina, dan perjanjian gandum Laut Hitam.
Kantor Erdogan juga telah memverifikasi bahwa pemimpin Turki tersebut berencana untuk mengunjungi Sochi, tetapi belum mengonfirmasi tanggal yang pasti.
“Keputusan akhir diambil oleh presiden,” ungkap Kantor Erdogan, seperti dilansir dari RT, Jumat (8/1/2023).
Meskipun tetap menjaga kontak yang erat, pertemuan ini akan menjadi kali pertama Putin dan Erdogan bertemu secara langsung sejak 13 Oktober 2022, di Astana, Kazakhstan, ketika mereka setuju untuk mendirikan pusat infrastruktur gas di Turki.
Meskipun menjadi anggota NATO, Turki telah menjalin hubungan yang kuat dengan Rusia dan menolak untuk mematuhi sanksi Barat terhadap Moskow.
Sebagai gantinya, Ankara telah berulang kali menawarkan dirinya sebagai mediator antara Rusia dan Ukraina dan menjadi tuan rumah perundingan perdamaian antara kedua belah pihak pada Maret 2022, tak lama setelah konflik pecah.
Pertemuan pribadi antara Putin dan Erdogan tampaknya telah direncanakan sejak bulan Juli ketika Rusia mengakhiri Inisiatif Gandum Laut Hitam.
Untuk diketahui, Inisiatif Gandum Laut Hitam merupakan perjanjian yang dimediasi oleh PBB dan Turki yang memfasilitasi ekspor gandum Ukraina ke pasar global dan seharusnya mengangkat embargo atas produk pertanian Rusia sebagai imbalannya.
Moskow menangguhkan perjanjian tersebut dengan tuduhan Barat gagal memenuhi bagian mereka dalam perjanjian tersebut, dan menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali ke perjanjian tersebut kecuali AS dan UE memenuhi komitmen mereka dan mengizinkan ekspor pupuk dan produk pangan Rusia.
Ankara telah berusaha untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut, mendorong Barat untuk memenuhi janji-janji mereka dan mengadvokasi perluasan perjanjian tersebut, dengan alasan bahwa itu bisa menjadi dasar bagi gencatan senjata atau bahkan perjanjian perdamaian antara Moskow dan Kiev.
Laporan media menyarankan bahwa selama pertemuan dengan Putin, Erdogan juga bermaksud untuk sekali lagi menawarkan diri sebagai mediator antara Moskow dan Kiev, mengusulkan perjanjian gencatan senjata dan mendorong dimulainya perundingan antara kedua pihak yang berkonflik.(res)