(IslamToday ID)—Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi telah menyatakan penyesalannya atas keputusan Rusia yang mendeklarasikan 3 September sebagai Hari Kemenangan atas Militeristik Jepang dan Berakhirnya Perang Dunia II.
Menanggapi masalah ini pada konferensi pers pada hari Jumat (1/9/2023), Hayashi mengatakan, “kami telah menyampaikan pernyataan kami kepada mereka dan berharap tidak ada konfrontasi emosional” antara Tokyo dan Moskow mengenai hari libur yang berganti nama menjadi Rusia.
“Serangkaian acara sedang direncanakan di Wilayah Utara dan berbagai tempat di Rusia pada tanggal 3 September, namun sebagai anggota pemerintah Jepang, dia tidak akan mengomentarinya,” tambah menteri luar negeri.
Jepang menyebut sebagian Kepulauan Kuril di Rusia sebagai Wilayah Utara, yang diklaim telah diduduki oleh Moskow setelah Perang Dunia II.
Pada akhir Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang untuk mengganti nama Hari Kemuliaan Militer, yang dirayakan pada tanggal 3 September, menjadi Hari Kemenangan atas Militeristik Jepang dan Akhir Perang Dunia II.
Komentar Hayashi pada hari Jumat (1/9/2023) menggemakan komentar sebelumnya yang dibuat oleh Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno.
Matsuno menyebut tindakan Rusia “sangat disesalkan” dan memperingatkan bahwa hal tersebut “tidak hanya dapat membangkitkan sentimen anti-Jepang di kalangan rakyat Rusia, namun juga dapat mengarah pada sentimen anti-Rusia di antara orang-orang Jepang.”
Rusia dan Jepang gagal mencapai penyelesaian pasca Perang Dunia II dan secara resmi masih berperang selama hampir delapan dekade.
Batu sandungan bagi perjanjian damai ini adalah klaim Tokyo atas empat pulau di Kepulauan Kuril, yang direbut Uni Soviet selama perang.
Dalam Perjanjian San Francisco tahun 1951, Jepang melepaskan klaimnya atas Kepulauan Kuril namun kemudian menyatakan bahwa pulau-pulau tersebut tidak pernah menjadi bagian dari kepulauan tersebut.
Awal tahun ini, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan kembali bahwa “subyek perjanjian damai (dengan Tokyo)… telah tertutup bagi kita.”
Menurut Moskow, sikap Jepang yang “tidak bersahabat”, mendukung Ukraina dalam konflik dengan Rusia dan ikut serta dalam sanksi Barat terhadap negara tersebut, membuat negosiasi lebih lanjut menjadi tidak mungkin dilakukan.(res)