(IslamToday ID)—Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), yang terdiri dari 10 negara dan calon anggota Timor Timur akan bertemu di Jakarta pekan ini dalam sebuah pertemuan yang penuh dengan kesulitan.
Pemimpin-pemimpin akan bertemu dari tanggal 5 hingga 8 September, di ibu kota Indonesia.
Selain anggota inti, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris, Perdana Menteri China Li Qiang, dan politisi terkemuka lainnya juga datang.
Namun, apakah ASEAN dapat mendamaikan perbedaan-perbedaan terkait Myanmar, dan membela Timor Timur dan Filipina,?
Ketiga masalah tersebut dianggap sebagai kunci untuk kelangsungan hidup ASEAN sebagai kelompok diplomatik utama untuk Asia Tenggara.
Di sisi lain, pemerintah militer Thailand secara kolektif telah memutuskan untuk menghentikan pertemuan penting dengan jenderal-jenderal Myanmar, dan mendukung rezim negara tetangga tersebut dengan dukungan dari China.
Kemudian, bulan lalu, pemimpin kudeta Myanmar mengusir diplomat tinggi Timor Timur di Yangon karena bergabung dengan daftar panjang negara-negara yang bertemu dengan Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG).
Lebih lanjut, dalam pidato kepada menteri luar negeri ASEAN pada hari Senin (4/9/2023), Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengakui “banyak keadaan sulit di wilayah ini,” termasuk Myanmar.
“Mata orang-orang kami tertuju pada kami untuk membuktikan bahwa ASEAN masih memiliki nilai,” ungkap Marsudi, seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin (4/9/2023).
Blok ini juga menghadapi tantangan berkelanjutan terkait Laut China Selatan yang belum mengalami kemajuan yang signifikan terkait rencana tindakan yang telah banyak dibicarakan.
Bulan lalu, Filipina menuduh China menggunakan semprotan air untuk menyerang kapal-kapal pengadaan pasokan di dekat Second Thomas Shoal.
Rilis peta baru China yang menggambarkan klaimnya yang luas juga telah menimbulkan kemarahan.
“Keheningan ASEAN dalam isu-isu kunci, terutama krisis berkelanjutan di Myanmar, mempertanyakan relevansi blok ini,” ungkap ketua ASEAN Parliamentarians for Human Rights, Charles Santiago, dalam pernyataan tanggal 3 September.
“Bagaimana mungkin ASEAN penting jika tidak dapat bersatu untuk menyelesaikan isu yang paling penting dan mendesak di wilayah ini? Siapa yang benar-benar menentukan urusan luar negeri ASEAN – negara-negara anggota ASEAN atau Tiongkok?” tambah Santiago, seorang legislator Malaysia tiga kali masa jabatan.
Di wilayah di mana AS dan Tiongkok bersaing untuk pengaruh, ASEAN kesulitan dalam mengatasi isu-isu yang memecah belah, yang menghancurkan klaimnya untuk menyatukan wilayah ini dan berperan sebagai benteng melawan persaingan kekuatan besar.
Sementara itu, banyak yang berharap bahwa dengan Indonesia memimpin organisasi ini pada tahun 2023, perbedaan-perbedaan dapat diatasi.(res)