(IslamToday ID) – – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan “tidak mungkin” bagi warga Palestina untuk pindah ke selatan Jalur Gaza dalam 24 jam ke depan.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Israel mengeluarkan perintah warga Jalur Gaza untuk mengungsi. Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi, yang merupakan isyarat terkuat bahwa mereka bersiap melancarkan serangan darat hampir seminggu setelah serangan mendadak Hamas.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan di New York mengatakan para pejabat PBB di Gaza diberitahu oleh petugas penghubung mereka di militer Israel bahwa seluruh penduduk Gaza di utara Wadi Gaza harus direlokasi ke Gaza selatan dalam waktu 24 jam ke depan.
“Jumlahnya sekitar 1,1 juta orang,” tambahnya, atau hampir setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza. “PBB menganggap gerakan seperti itu tidak mungkin terjadi tanpa konsekuensi kemanusiaan yang buruk,” katanya seperti dikutip dari Sky News, Jumat (13/10/2023)
Hal ini terjadi setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan “evakuasi ini demi keselamatan Anda sendiri”.
PBB telah meminta agar perintah tersebut dicabut untuk menghindari hal yang dapat mengubah situasi yang sudah menjadi tragedi menjadi situasi yang membawa malapetaka.
Sementara it, Hamas meminta warga Gaza untuk tetap berjuang dengan tidak mengikuti perintah Israel untuk mengungsi dan meninggalkan wilayah tersebut.
Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa pernyataan PBB yang memperingatkan bahwa Israel telah memerintahkan penduduk di Gaza utara untuk pergi ke wilayah selatan adalah “propaganda palsu”.
Hamas meminta warga Palestina di Gaza untuk tidak terpengaruh oleh pernyataan tersebut.
Kemudian, Omar Shakir, Direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch, telah memperingatkan bahwa seruan Israel agar 1,1 juta warga Palestina meninggalkan Gaza utara merupakan perpindahan massal yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
“Ini sama saja dengan membuat lebih dari 1 juta warga Palestina mengungsi – dalam skala yang belum pernah kita lihat sejak Nakba,” kata Shakir dalam sebuah postingan di media sosial.
Itu mengacu pada pengungsian paksa lebih dari 700.000 warga Palestina di saat Israel mencaplok secara sepihak wilayah Palestina pada tahun 1948. “Komunitas internasional harus bertindak untuk mencegah bencana ini. Sejarah tidak akan berbaik hati kepada mereka yang tetap diam.” Ungkap-nya
Nakba Jilid 2
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan diakhirinya segera agresi Israel dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken di ibu kota Yordania, Amman, Jumat (13/10/2023).
Dia memperingatkan akan adanya bencana Nakba kedua yang dihadapi warga Palestina setelah tentara Israel memerintahkan lebih dari satu juta orang mengungsi dari Gaza utara.
“Sepenuhnya menolak pemindahan rakyat kami dari Jalur Gaza, karena itu sama saja dengan Nakba kedua bagi rakyat kami,” kata Abbas merujuk pada peristiwa sekitar 760 ribu warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka selama perang 1948, dikutip dari Al Arabiya.
Abbas juga menyerukan pembukaan koridor kemanusiaan yang mendesak ke Jalur Gaza. Bantuan yang diperlukan untuk mengisi pasokan medis, menyalurkan air, listrik, dan bahan bakar kepada warga Palestina yang menjadi korban.
“Presiden memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan di Jalur Gaza akibat terhentinya seluruh layanan kemanusiaan dan terhentinya satu-satunya pembangkit listrik di sana,” ujar Abbas, dikutip dari kantor berita pemerintah Palestina WAFA.
Abbas menegaskan perlunya menghentikan terorisme pemukim Israel terhadap rakyat di kota-kota, desa-desa, dan kamp-kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat. “Menghentikan serangan ekstremis ke Masjid Al Aqsa, yang menyebabkan situasi semakin meningkat,” ujar presiden Palestina itu. [sya]