(IslamToday ID)—Serangan terhadap pasukan AS di Timur Tengah mengalami peningkatan tajam selama beberapa hari terakhir setelah dimulainya konflik Palestina-Israel.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengonfirmasi pada hari Kamis (26/10/2023) bahwa 19 personel layanan AS menderita “cedera otak traumatik” selama serangan terbaru terhadap pasukan yang ditempatkan di pangkalan di Suriah dan Irak.
Tidak ada rincian yang diberikan tentang tingkat keparahan cedera tersebut.
Jenis cedera otak traumatik yang paling umum adalah gegar otak, yang dapat terjadi akibat guncangan atau pukulan pada kepala.
Jenis cedera ini umum terjadi dalam olahraga kontak seperti sepak bola Amerika dan rugby, dan seringkali menghasilkan gejala seperti penglihatan kabur, tinnitus, perubahan mood/perilaku, dan mual.
Kasus-kasus yang lebih serius melibatkan bicara terganggu, kejang, mati rasa, kebingungan, atau kehilangan kesadaran.
Pentagon menjelaskan bahwa 15 anggota layanan di garnisun Al Tanf di Suriah dan empat tentara di pangkalan udara Al Asad di Irak menderita cedera akibat serangan terbaru, yang diyakini sebagai respons terhadap konflik Palestina-Israel.
Konfirmasi ini datang setelah Departemen Pertahanan sebelumnya menjelaskan bahwa sebanyak 21 anggota layanan mengalami cedera ringan pada tanggal 17 dan 18 Oktober.
Dilansir dari Sputniknews, Jumat (27/10/2023), serangan lebih lanjut telah terjadi dalam periode itu tetapi tidak mengakibatkan laporan cedera.
Eskalasi ketegangan antara Palestina dan Israel adalah respons terhadap serangan kejutan Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel yang menurut angka Israel telah menewaskan sekitar 1.400 warga Israel.
Jumlah kematian di Palestina sejak itu telah meningkat menjadi 7.028, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan balasan oleh Israel telah dikutuk oleh negara-negara Arab dan Afrika yang berdekatan, termasuk di wilayah di mana pasukan AS diserang.
Beberapa negara di kawasan tersebut, termasuk anggota NATO, Turki, Suriah, dan Iran, telah menyebut serangan-serangan tersebut sebagai “genosida,” sementara yang lain telah mengutuk tindakan Israel sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan hukuman kolektif.
Sementara itu, Liga Arab dan Uni Afrika telah memperingatkan bahwa konflik ini bisa berubah menjadi genosida.
Amerika Serikat telah menjadi pusat kemarahan bagi sebagian kritikus karena merupakan sekutu terkuat Israel dan memberikan miliaran dolar bantuan kepada negara Israel setiap tahun.
Minggu lalu, Dewan Keamanan PBB gagal meloloskan resolusi yang meminta jeda kemanusiaan dalam konflik setelah AS memveto resolusi tersebut.
Dua rancangan resolusi lainnya juga gagal pada hari Rabu (26/10/2023), di mana AS juga memberikan suara menentang.(res)