(IslamToday ID)—Departemen Pertahanan AS pada hari Jumat (27/10/2023) mengumumkan sebuah proyek untuk meningkatkan bom gravitasi nuklir utamanya.
Administrasi Keamanan Nuklir Nasional (NNSA) di Departemen Energi akan mengembangkan amunisi B61-13, sambil menunggu persetujuan dan pendanaan dari Kongres.
“B61-13 mewakili langkah yang masuk akal untuk mengelola tantangan lingkungan keamanan yang sangat dinamis,” ungkap Asisten Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Luar Angkasa John Plumb, seperti dilansir dari RT, Jumat (28/10/2023)
“Meskipun hal ini memberi kita fleksibilitas tambahan, produksi B61-13 tidak akan meningkatkan jumlah keseluruhan senjata dalam persediaan nuklir kita.”
Plumb menggambarkan pengumuman tersebut sebagai “mencerminkan perubahan lingkungan keamanan dan meningkatnya ancaman dari musuh potensial.”
Namun Pentagon bersikeras bahwa keputusan tersebut tidak dibuat sebagai respons terhadap “kejadian spesifik apa pun yang terjadi saat ini” tetapi “mencerminkan penilaian yang sedang berlangsung” terhadap lingkungan keamanan, seperti yang dijelaskan dalam Tinjauan Postur Nuklir tahun 2022.
Menurut Pentagon, proyek B61-13 akan menggunakan kemampuan produksi yang sudah ada untuk mendukung B61-12, dengan “fitur keselamatan, keamanan, dan akurasi modern” seperti amunisinya, namun hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan model B61-7.
Meskipun B61-12 adalah senjata taktis, dengan daya ledak berkisar antara 0,3 hingga 50 kiloton, B61-7 adalah bom strategis yang mampu mencapai 340 KT.
Menurut surat kabar militer Stars and Stripes, varian terbaru ini mungkin menggantikan beberapa B61-7 serta B83, yang akan segera pensiun.
Pertama kali dirancang pada tahun 1963, B61 adalah senjata termonuklir yang dijatuhkan dari udara di gudang senjata AS.
Selain pesawat pengebom B1B-Lancer, B-2 Spirit, dan B-52 Stratofortress, bom tersebut juga dapat dibawa oleh jet serang taktis F-15 dan F-16.
F-35 juga telah menguji kemampuan membawa dan menyebarkan bom tersebut, meskipun belum secara resmi dinilai mampu melakukannya.
Senjata nuklir yang dijatuhkan dari udara adalah salah satu bagian dari Triad Nuklir, dua lainnya adalah rudal balistik antarbenua (ICBM) yang berbasis di darat atau di atas kapal selam khusus.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh Komisi Postur Strategis Kongres mendesak perluasan besar-besaran baik militer konvensional AS maupun triad, untuk mengatasi potensi perang dengan Rusia dan Tiongkok pada saat yang bersamaan.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, sebuah organisasi nirlaba di Washington yang memantau persenjataan nuklir, AS saat ini memiliki sekitar 5.200 senjata atom, sementara Rusia memiliki hampir 5.900 senjata.(res)