(IslamToday ID) –Amerika Serikat (AS) kini mengatur kampanye militer brutal penjajah Israel di Jalur Gaza.
Washington yakin hal ini akan memaksimalkan potensi pencapaian tujuan AS dan Israel, tanpa konflik yang akan berujung pada konflik regional yang besar – namun Washington tidak dapat menjamin hal tersebut.
Perang Israel di Gaza – yang dikelola, didanai, dan dipersenjatai oleh AS – memiliki kemungkinan besar berubah menjadi perang regional.
Tujuan yang mustahil
Tujuan pertama Israel adalah penghapusan total gerakan perlawanan Palestina Hamas, seperti yang diumumkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanannya Yoav Gallant, dan pejabat militer dan sipil lainnya di Tel Aviv.
Mereka tahu bahwa mencapai hal ini mustahil. Mantan Perdana Menteri Ehud Barak – juga mantan menteri pertahanan dan kepala staf militer – mengatakan bahwa melenyapkan Hamas adalah hal yang mustahil karena (perlawanan) adalah ideologi yang ada dalam pikiran dan hati masyarakat Gaza.
Maka melihat kenyataan ini Israel berupaya melakukan rencana untuk menyingkirkan seluruh penduduk Jalur Gaza.
Usulan Israel menggusur jutaan warga Palestina bukan sekadar gagasan yang muncul begitu saja. Outlet media Ibrani Mekovit telah membocorkan dokumen resmi Kementerian Intelijen Israel yang mengusulkan perpindahan lebih dari 2,4 juta warga Palestina dari Gaza ke Mesir.
Dua tujuan Israel ini saja – selain hampir mustahil untuk dicapai – dapat mengobarkan semangat seluruh Asia Barat dan sekitarnya.
Poros Perlawanan di kawasan ini telah mengirimkan beberapa pesan jelas yang menyatakan kesiapannya untuk memasuki perang jika Israel dan sekutunya mengancam keberadaan dan kemampuan perlawanan Palestina, dan/atau melaksanakan proyek untuk menggusur warga Palestina.
Pejuang perlawanan di Lebanon – termasuk Hizbullah dan sekutunya seperti Pasukan Al-Fajr, Hamas, dan Jihad Islam Palestina (PIJ) – telah melakukan operasi terhadap tentara Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Palestina, setiap hari, sejak 8 Oktober .
Pangkalan militer pendudukan AS di Irak dan Suriah telah menjadi sasaran lebih dari 20 serangan rudal dan drone hingga saat ini. Dari Suriah, rudal diluncurkan dari waktu ke waktu menuju posisi tentara Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Dari Yaman, gerakan perlawanan Ansarallah telah meluncurkan tiga gelombang rudal dan drone, yang dilaporkan telah dicegat oleh sistem pertahanan udara AS dan Israel.
Di perbatasan Irak-Yordania, ribuan pendukung Palestina berkumpul, mengisyaratkan kemungkinan melintasi perbatasan menuju wilayah Palestina di Tepi Barat.
Secara umum, Pejuang dan Pendukung Palestina dengan lantang menyatakan bahwa mereka tidak takut untuk memasuki perang jika kekuatan perlawanan Palestina membutuhkan bantuan tersebut.
Washington, memimpin perang Israel di Gaza
Di sisi lain konflik ini, Washington telah mempertimbangkan untuk menawarkan dukungan penuh kepada tentara pendudukan dalam kampanye militernya melawan warga Palestina.
Hingga saat ini, AS telah mengerahkan dua kapal induk dan puluhan kapal angkatan laut di Laut Mediterania. Pertahanan udaranya (sistem Patriot dan THAAD) telah diperkuat di negara-negara Arab di Teluk Persia, Yordania, dan wilayah pendudukan Palestina.
Selain itu, Amerika telah mengerahkan 2.000 tentara pasukan khusus di Palestina, memperkuat pasukan mereka dan meningkatkan jumlah pesawat tempur di seluruh pangkalan militer mereka di Asia Barat, dan menambahkan penasihat militer untuk “membantu” tentara Israel dalam perangnya di Gaza.
Baik dalam praktiknya maupun secara publik, pemerintah dan militer ASlah yang menjalankan perang Israel ini.
Washington telah meyakinkan Israel untuk mengurangi tujuannya, pertama, dengan membatalkan rencana invasi darat skala besar di Jalur Gaza, dan menggantinya dengan operasi yang lebih kecil dan bertarget dengan tujuan yang spesifik.
Tujuan-tujuan tersebut antara lain: mengendalikan wilayah tak berpenghuni di tepi utara dan tengah Jalur Gaza.
Selain itu, Washington bekerja keras untuk menutupi serangan brutal yang dilakukan Israel di Gaza dengan memberikan bantuan kemanusiaan dalam jumlah kecil ke Palestina.
Israel kalah perang
Meskipun bantuan AS sangat besar, posisi militer Israel lebih rapuh dibandingkan beberapa dekade terakhir.
Seperti yang ditweet oleh mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Jenderal Yair Golan pada tanggal 27 Oktober: “Kami kalah perang. Tidak ada langkah, betapapun kuat atau suksesnya, yang mampu menghapus kekalahan Israel pada 7 Oktober.”
Namun meskipun mengalami kekalahan Israel dan AS terus saja melakukan serangan yang sebenarnya malah makin memperburuk situasi regional.
Karena, di tengah banyaknya pasukan yang saling baku tembak, kesalahan apa pun dapat menyebabkan pecahnya perang regional yang pada kenyataannya akan menjadi perang global, karena AS adalah aktor utama dalam konflik tersebut. [sya]