(IslamToday ID)—Militer AS mengakui melakukan penerbangan drone di Jalur Gaza, dan mengatakan bahwa UAV dikerahkan untuk membantu menemukan sandera yang disandera oleh Hamas.
Dalam pernyataan singkat pada hari Jumat (3/11/2023), juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengonfirmasi bahwa misi drone tersebut “dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober,”
“Untuk mendukung upaya pemulihan sandera, AS melakukan penerbangan UAV tidak bersenjata di Gaza, serta memberikan saran dan bantuan untuk mendukung mitra Israel kami saat mereka berupaya dalam upaya pemulihan sandera,” ungkap Ryder, seperti dilansir dari RT, Sabtu (4/11/2023).
Pengakuan ini muncul setelah para jurnalis melihat drone MQ-9 Reaper mengelilingi daerah kantong Palestina melalui situs pelacakan penerbangan.
Untuk diketahui, UAV ini dapat diperlengkapi untuk melakukan serangan udara, dan juga sering digunakan untuk pengawasan karena rangkaian sensor canggihnya.
Selain itu, Repaer jugaa punya kemampuannya untuk tetap berada di udara selama lebih dari 24 jam berturut-turut.
Menurut beberapa pejabat AS yang dikutip oleh New York Times, misi tersebut menandai pertama kalinya drone Amerika beroperasi di Gaza.
Namun, mereka menekankan bahwa penerbangan tersebut “tidak mendukung operasi militer Israel di darat” dan dimaksudkan untuk “memantau tanda-tanda kehidupan dan memberikan petunjuk potensial kepada Pasukan Pertahanan Israel.”
Setidaknya enam MQ-9 terlihat berkeliaran di selatan Gaza, sekitar 15 mil jauhnya dari pasukan darat Israel yang berjuang memasuki wilayah tersebut dari utara, kata peneliti penerbangan Amelia Smith kepada NYT.
Beberapa UAV melayang di atas Gaza selama sekitar tiga jam pada ketinggian 25.000 kaki, diyakini dioperasikan oleh pasukan khusus AS.
Di tengah putaran terakhir pertempuran antara Israel dan Hamas, Washington telah mengerahkan ribuan tentara ke Timur Tengah, serta sepasang kelompok penyerang kapal induk dan aset angkatan laut lainnya.
Lebih lanjut, AS mengatakan bahwa tindakan tersebut dimaksudkan untuk mencegah pihak luar terlibat dalam konflik.
Meskipun ada laporan sebelumnya bahwa pasukan AS dapat bertindak sebagai penjaga perdamaian di Gaza setelah perang saat ini, Gedung Putih telah menolak gagasan tersebut, dan bersikeras bahwa personel Amerika tidak akan beroperasi di wilayah tersebut “sekarang atau di masa depan.”