(IslamToday ID)—Seorang pejabat PBB pada hari Senin (13/11/2023) mengatakan bahwa menerjunkan bantuan ke Jalur Gaza adalah “upaya terakhir”.
Namun, dia menekankan bahwa hal itu akan menjadi “sangat menantang” secara logistik.
Andrea De Domenico, kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Wilayah Pendudukan Palestina mengatakan pada konferensi pers.
“Terjun payung selalu menjadi pilihan terakhir jika Anda bertanya kepada rekan logistik karena sangat, sangat mahal dan tidak berkelanjutan.”
Pernyataannya muncul setelah Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, meminta UE dan PBB untuk mengirimkan bantuan dengan parasut ke Jalur Gaza.
“Jadi menurut saya titik masuk pertama adalah dengan membuka penyeberangan dan memastikan pasokan berkelanjutan masuk daripada memikirkan skenario ekstrem.”
“Saya tahu Yordania sudah melakukan peluncuran dengan bantuan pesawat. Tapi tentu saja seperti yang bisa Anda bayangkan jumlahnya terbatas dan seperti yang saya katakan, secara logistik sangat-sangat menantang,” tambah De Domenico.
Beralih ke pertempuran yang semakin intensif di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa selama akhir pekan, dia mengatakan infrastruktur, termasuk tangki air, stasiun oksigen, fasilitas kardiovaskular, dan bangsal bersalin rusak.
Kami menyerukan semua orang untuk menghormati rumah sakit… Rumah sakit tidak boleh dijadikan tempat peperangan. Setiap operasi militer di sekitar atau di dalam rumah sakit harus mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan dan melindungi pasien, staf medis, dan warga sipil lainnya
“Dan semua tindakan pencegahan harus dilakukan, termasuk peringatan efektif yang mempertimbangkan kemampuan pasien, staf medis, dan warga sipil lainnya untuk mengungsi dengan aman,” tegasnya, seperti dilansir dari MEMO, Senin (13/11/2023).
De Domenico mengatakan “tidak ada pilihan” untuk merelokasi pasien ke tempat yang aman di Gaza.
Pejabat tersebut juga memperingatkan bahwa kehidupan di Gaza “tergantung pada benang” karena menipisnya bahan bakar dan pasokan medis.
Sementara itu, dia memperkirakan, hingga Ahad (12/11/2023), 230.000 orang mungkin telah pindah ke bagian selatan Gaza.
Ketika serangan Israel di Jalur Gaza memasuki hari ke-38, setidaknya 11,180 warga Palestina telah terbunuh, termasuk lebih dari 7,700 anak-anak dan wanita, dan lebih dari 28,200 lainnya terluka, menurut angka terbaru dari otoritas Palestina.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut sejak bulan lalu.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel hampir 1.200 orang, menurut angka resmi.(res)