(IslamToday ID)—Organisasi Kesehatan Dunia telah menyerukan aliran pasien secara teratur agar diizinkan keluar dari Gaza untuk mendapatkan perawatan di Mesir, untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit yang kewalahan.
WHO mengatakan pada hari Jumat (17/11/2023) bahwa sebuah sistem perlu dibentuk untuk mengeluarkan kasus-kasus prioritas dari wilayah kantong Palestina yang terkepung.
“Ini jelas tidak cukup untuk mendukung kebutuhan tanpa akhir yang timbul akibat permusuhan,” ungkap Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (17/11/2023).
Saat berbicara pada konferensi pers di Jenewa, ia menyerukan evakuasi medis yang berkelanjutan, tertib, tanpa hambatan dan aman bagi pasien yang terluka parah dan sakit ke negara tetangga, Mesir.
Berbicara melalui tautan video dari Yerusalem, Peeperkorn mengatakan 50 hingga 60 pasien setiap hari harus dipindahkan ke Mesir, “di mana mereka akan mendapatkan – dan berhak mendapatkan – pengobatan dan perawatan yang tepat”.
Memindahkan pasien prioritas ke Mesir “juga akan meringankan sebagian dari kewalahannya sektor kesehatan saat ini sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan lainnya dengan cara yang lebih baik”, katanya.
Pasukan Israel melakukan penggerebekan ke rumah sakit utama Gaza, Al Shifa, pada hari Jumat, setelah pemadaman komunikasi di daerah kantong Palestina menambah ketakutan warga sipil yang terjebak di dalam fasilitas tersebut.
Israel telah berjanji untuk “menghancurkan” Hamas sebagai tanggapan atas serangan kelompok itu pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera, menurut para pejabat Israel.
Pemboman udara dan serangan darat militer Israel di Gaza telah menewaskan 11.500 orang, termasuk ribuan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
“Kami, sebagai WHO, sangat mengkhawatirkan keselamatan pasien, tenaga kesehatan, dan pekerja, tidak hanya di Al Shifa tetapi juga rumah sakit lain,” ungkap Peeperkorn.
“Fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, ambulans dan pasien harus dijaga.”
Peeperkorn mengatakan sebelum konflik, terdapat sekitar 3.500 tempat tidur rumah sakit di seluruh Gaza, dan sekarang diperkirakan ada 1.400 tempat tidur.
“Rencana kami, kebutuhan saat ini sebanyak 5.000 tempat tidur,” ujarnya.
Dia mengatakan pemadaman komunikasi telah membuat kontak WHO dengan stafnya di Gaza menjadi “sangat bermasalah”.
Peeperkorn juga mengatakan dia sangat prihatin dengan penyebaran penyakit di wilayah Palestina, termasuk infeksi saluran pernapasan akut, cacar air, ruam kulit, dan hepatitis A.(res)