(IslamToday ID) – Melihat situasi Laut China Selatan yang makin memanas membuat Filipina mengajak negara-negara tetangganya di Asia Tenggara untuk membahas kode etik terpisah perihal Laut China Selatan.
Ajakan ini muncul karena kemajuan mencapai kesepakatan dengan China berjalan lamban, kata Presiden Filipina Ferdinand “Bongbong” Marcus Jr pada Senin, 20 November 2023. Dua negara yang telah didekati adalah Malaysia dan Vietnam.
Hubungan antara Manila dan Beijing kian tegang di bawah kepemimpinan Ferdinand Marcos Jr, yang semakin mengeluhkan perilaku “agresif” China seraya menjalin kembali hubungan kuat dengan sekutu Filipina dalam hal ini, Amerika Serikat.
Berbicara di Hawaii pada acara yang disiarkan langsung, Marcos Jr. mengatakan meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan mengharuskan Filipina bermitra dengan sekutu dan tetangganya untuk menjaga perdamaian di jalur perairan yang diperebutkan itu, dengan situasi yang sekarang “lebih mengerikan”.
“Kami masih menunggu kode etik antara China dan ASEAN dan sayangnya kemajuannya agak lambat,” kata Marcos, mengacu pada upaya yang dilakukan oleh blok negara-negara Asia Tenggara.
“Kami telah mengambil inisiatif untuk mendekati negara-negara lain di ASEAN yang mempunyai konflik teritorial dengan kami, Vietnam adalah salah satunya, Malaysia salah satu negara lainnya, dan membuat kode etik kami sendiri. Mudah-mudahan ini bisa semakin berkembang dan meluas ke negara-negara ASEAN lainnya,” ujar dia.
China sebelumnya telah berbicara tentang pentingnya tugas merumuskan kode etik di Laut Cina Selatan bagi negaranya dan negara-negara ASEAN.
Perwakilan China di Indonesia pun telah angkat bicara soal ini, mengatakan negaranya tengah menjalani proses negosiasi. “China dan seluruh negara tetangga Laut China Selatan masih dalam tahap diskusi, masih dalam tahap negosiasi Code of Conduct,” kata Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Kang, di Kedutaan Besar Cina di Jakarta pada Rabu, 27 September 2023.
“Selalu ada perbedaan. Itu terjadi di sini, dan terjadi di mana pun. Namun, yang paling penting adalah China dan Filipina dapat bekerja sama untuk mengatasi perbedaan yang ada,” lanjutnya, saat ditanya Tempo soal respons Filipina terhadap klaim China atas Laut China Selatan.
Perihal proses negosiasi ditekankan kembali oleh anggota delegasi China Public Diplomacy Association, Jin Canrong, saat konferensi pers tentang Inisiatif Sabuk dan Jalan di Jakarta pada Senin, 16 Oktober 2023. “ASEAN dan China kini berada pada tahap kritis untuk mencapai tujuan tersebut (kode etik),” katanya.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri China memperingatkan pada konferensi pers terpisah, “Setiap tindakan yang menyimpang dari kerangka kerja dan bertentangan dengan semangat deklarasi perilaku para pihak (DOC) di Laut Cina Selatan adalah batal demi hukum.”
Pernyataan Marcos tentang kode etik terpisah disampaikan setelah pertemuannya pada Jumat, 17 November 2023 dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco.
Kedua pemimpin membahas cara-cara untuk mengurangi ketegangan di perairan strategis yang disengketakan setelah serangkaian konfrontasi tahun ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN dan China telah berupaya menciptakan kerangka kerja untuk menegosiasikan kode etik, sebuah rencana yang sudah ada sejak 2002. Namun kemajuannya berjalan lambat meskipun ada komitmen dari semua pihak untuk memajukan dan mempercepat proses tersebut. [sya]