(IslamToday ID) – Diberitakan AFP, Sabtu (25/11), media pemerintah Korut (KCNA) mengabarkan Kim Jong Un meninjau citra yang diambil saat satelit Malligyong-1 melintasi semenanjung Korea.
Satelit milik Korut itu diklaim juga menampilkan citra kota Seoul hingga wilayah yang menjadi pangkalan militer Amerika Serikat.
Gambar-gambar tersebut diambil pada Jumat (24/11) pagi waktu setempat, dari pukul 10.15 hingga 10.27. KCNA lalu merinci citra yang diambil meliputi wilayah Seoul, Osan, Pyeongtaek, Mokpo, dan Gunsan.
Pyeongtaek, yang berjarak 60 kilometer dari Seoul, menjadi tempat pangkalan militer AS bernama Camp Humphreys. Wilayah itu juga menjadi tempat instalasi militer AS di luar negeri terbesar di dunia.
Pyeongtaek juga menjadi lokasi Pangkalan Udara Osan yang menampung Komando Operasi Angkatan Udara Seoul serta pangkalan Angkatan Udara AS.
Di sisi lain, satelit yang baru diluncurkan Korut pada Selasa (21/11) malam tersebut juga mengirim citra dari beberapa wilayah Korea Utara.
KCNA kemudian menyatakan bahwa Badan Pengembangan Dirgantara Nasional Korea Utara akan melanjutkan tahap “penyempurnaan tambahan” terhadap fungsi satelit mata-mata, yang dijadwalkan pada Sabtu (25/11) ini.
Korea Utara sebelumnya telah menempatkan satelit mata-mata pertama yang diberi nama Malligyong-1, yang diluncurkan dengan roket pendorong baru Chollima-1 pada Selasa kemarin.
Roket yang membawa satelit tersebut diluncurkan ke arah selatan dan diyakini telah melewati prefektur Okinawa di Jepang.
“Peluncuran satelit pengintai adalah hak hukum Korea Utara untuk memperkuat hukum pertahanan diri mereka,” demikian laporan media pemerintah Korut, KCNA.
Langkah itu membuat musuh Korut, seperti Amerika Serikat dan sekutunya, geram. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengecam dan menyebut aksi itu sebagai “situasi serius” yang “memengaruhi keselamatan” warga di Jepang.
Korsel juga buka suara dan menganggap peluncuran ini sebagai pelanggaran nyata terhadap resolusi PBB.
Korsel juga menangguhkan sebagian perjanjian dengan Korut yang membatasi kegiatan pengintaian dan pengawasan di sepanjang zona demiliterisasi (DMZ). Namun, negara-negara itu tak bisa memastikan apakah satelit tersebut berhasil mencapai orbit. [sya]