(IslamToday ID) – Nonviolent Action Lab Harvard dan Counting Crowds Consortium ini menunjukan aksi pro-Palestina lebih besar dilakukan oleh warga Amerika Serikat (AS) sejak 7 Oktober 2023.
Data mereka menunjukkan bahwa aksi solidaritas terhadap Gaza, terus menyebar ke seluruh negeri dan telah menarik lebih banyak massa.
Dalam delapan minggu sejak 7 Oktober, Counting Crowds Consortium telah mencatat 2.100 aksi pro-Palestina di 497 kota besar dan kecil di 49 negara bagian, serta di Washington DC, Puerto Rico, dan Guam. Data mengenai jumlah peserta tidak tersedia untuk semua acara yang berlangsung.
Tapi berdasarkan angka yang tersedia, setidaknya setidaknya 694 ribu orang berpartisipasi dalam acara pro-Palestina. “Saat ini kami cukup yakin bahwa gelombang pro-Palestina tahun ini adalah mobilisasi pro-Palestina yang terbesar dan terluas dalam sejarah AS,” kata manajer proyek penelitian Nonviolent Action Lab Jay Ulfeder.
Ulfeder menyatakan, sangat tidak biasa melihat mobilisasi besar dan panjang terfokus pada urusan luar negeri. Dia mengatakan, protes pro-Palestina saat ini bahkan lebih besar daripada gelombang yang terjadi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Menurut Ulfeder, faktanya gelombang protes pro-Palestina saat ini adalah salah satu mobilisasi terbesar yang pernah dilihat di AS dalam isu politik apa pun sejak pemberontakan keadilan sosial pada 2020. Protes sebelumnya merupakan gelombang protes terbesar di sejarah Amerika.
Protes Pro-Palestina mencakup acara-acara yang dikoordinasikan secara nasional, seperti pemogokan massal di kampus-kampus di seluruh negeri, serta aksi solidaritas lokal yang lebih kecil.
“Salah satu alasan gelombang pro-Palestina menjadi begitu besar adalah karena gelombang ini menyebar ke banyak kota, termasuk kota-kota yang secara tradisional belum dimobilisasi untuk mengatasi masalah ini,” kata Ulfeder.
“Kami masih melihat segelintir orang baru bergabung setiap hari. Jelas, ini bukan hanya masalah kota besar. Ini juga bukan sekedar urusan kampus. Banyak peristiwa pro-Palestina terjadi di kampus-kampus dan sekolah menengah atas, namun sebagian besar tidak terjadi, terutama akhir-akhir ini,” ujarnya.
Lebih dari 1.000 organisasi telah terlibat dalam protes pro-Palestina, dengan Students for Justice in Palestine sejauh ini merupakan organisasi yang paling aktif. Ulfeder menjelaskan, tiga aliran utama yang berkontribusi terhadap gelombang saat ini, pertama dari organisasi Palestina, Muslim dan Arab.
Retorika dan tujuan demonstrasi pro-Palestina telah berubah selama delapan minggu terakhir. “Kami telah melihat adanya perluasan di luar titik fokus tradisional aktivisme pro-Palestina, termasuk klaim mengenai pendudukan, apartheid dan hak untuk melawan dan kembali, hingga merujuk pada genosida dan perlunya gencatan senjata,” kata Ulfeder. [sya]