(IslamToday ID) – Penembakan atas tiga sandera Israel oleh tentara Israel sendiri di Gaza pada Jumat lalu, 15 Desember 2023, melahirkan kecaman dari berbagai pihak karena menunjukan kebrutalan militer Israel.
Apalagi, tiga orang yang dibebaskan oleh Hamas itu sudah mengibarkan kain putih tanda menyerah.
Masyarakat lalu menghubungkan penembakan sandera itu dengan Protokol Hanibal. Ketentuan, yang diterapkan pada 1986 sebagai tanggapan terhadap krisis penyanderaan, menjadi rahasia selama hampir 20 tahun.
Protokol tersebut bertujuan mencegah pembayaran tinggi bagi para sandera, mengizinkan pelenyapan sandera dan penyandera jika upaya penyelamatan gagal.
Masyarakat baru mengetahui protokol ini pada tahun 2003, ketika dokter Israel Avner Shiftan, yang bertugas sebagai tentara cadangan di Lebanon, mengungkapkannya kepada surat kabar Haaretz.
Para saksi kemudian menyatakan bahwa pasukan Israel menembakkan peluru tank ke rumah tempat para sandera ditahan.
Seorang wanita Israel yang dibebaskan dalam pertukaran sandera baru-baru ini mengatakan ibunya tewas dan dirinya terluka ketika pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kendaraan yang membawanya saat diculik.
Dalam wawancara yang disiarkan Channel 12 Israel, dia menceritakan dibawa oleh tentara sayap bersenjata kelompok Palestina Brigade Al-Qassam dengan traktor, yang sedang ditembaki Israel.
“Ibuku, yang sangat saya cintai, tewas. Saya terluka di punggung dan saudara lelaki saya terluka di bagian kaki,” kata wanita itu.[sya]