(IslamToday ID) – Hamas membantah klaim Al-Arabiya atas kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Laporan tersebut menyatakan bahwa gerakan perlawanan telah menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) untuk melakukan gencatan senjata sementara dan mengirimkan delegasi ke Kairo
Gerakan perlawanan Islam menyatakan, “Tidak ada kebenaran atas berita yang diterbitkan oleh saluran Al-Arabiya yang dikaitkan dengan (sumber senior Hamas) tentang gerakan tersebut menerima tawaran internasional untuk perpanjangan gencatan senjata di Gaza dan pemulangan pengungsi secara bertahap, atau sebuah delegasi menuju ke Kairo untuk membahas rinciannya.”
“Kami meminta media untuk memastikan keakuratan dan kredibilitas dalam memberitakan berita dan tidak memanipulasi perasaan masyarakat kami yang terkena agresi Zionis dan perang pemusnahan Nazi,” tambah pernyataan itu.
.
Hamas juga menegaskan bahwa setiap kesepakatan gencatan senjata dalam perang dengan Israel akan berujung pada berakhirnya perang secara permanen, pembebasan warga Palestina yang ditawan di penjara-penjara Israel, kembalinya warga Gaza yang terlantar ke rumah mereka, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Penjajah Israel dan AS menuntut Hamas menerima gencatan senjata sementara selama enam minggu dan membebaskan warga Israel yang ditawan di Gaza.
Israel kemudian mempunyai kebebasan untuk menyerang Gaza sekali lagi setelah gencatan senjata berakhir.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menunjukkan minat untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan sisa warga Israel yang ditawan oleh Hamas di Gaza.
Hamas menyebut Netanyahu dan sekutu supremasi Yahudinya, Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, melihat isu pembebasan tawanan Israel sebagai penghalang bagi upaya mereka untuk menaklukkan Gaza, mengusir paksa 2,3 juta penduduk Palestina, dan mendirikan pemukiman Yahudi di tempat mereka.[sya]