(IslamToday ID) – Para diplomat tertinggi Yordania dan Mesir menyebut Israel tidak akan mampu mengusir kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dari Jalur Gaza.
“Hamas adalah sebuah ideologi yang tidak dapat dihilangkan,” kata Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, dalam sebuah panel di Forum Ekonomi Dunia di Arab Saudi pada Senin seperti dikutip dikutip dari Anadolu, Selasa (30/4/2024).
Ayman bahkan mengatakan bahwa kelompok Palestina tersebut tidak menyulut konflik yang terjadi di Gaza saat ini.
“Masalahnya tidak dimulai pada tanggal 7 Oktober, tetapi merupakan hasil dari 70 tahun pendudukan Israel, yang menolak untuk mengakui hak-hak Palestina,” terangnya.
Namun sejak semakin buruk sejak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersumpah untuk melanjutkan serangan mematikan ke Gaza hingga Hamas dimusnahkan dari daerah kantong tersebut.
Dalam insiden itu Haaretz mengungkapkan bahwa helikopter dan tank-tank tentara Israel telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Israel sebagai korban dari Perlawanan Palestina.
“Semua orang menginginkan perdamaian berdasarkan solusi dua negara,” kata Safadi.
“Israel harus menyatakan komitmennya terhadap perdamaian yang adil dan komprehensif, namun jelas bahwa Netanyahu tidak menginginkan perdamaian, lanjut dia.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, mengatakan bahwa para pemimpin Hamas telah mengisyaratkan kesiapan untuk meninggalkan perlawanan bersenjata jika ada komitmen yang jelas untuk mendirikan sebuah Negara Palestina.
“Perjuangan bersenjata dan perlawanan terhadap pendudukan adalah sah, dan selama masih ada pendudukan, maka akan ada pembenaran untuk melawannya di bawah hukum internasional,” katanya kepada panel.
Diplomat tertinggi itu menyerukan untuk menetapkan kondisi yang mengarah pada Hamas sebagai mitra dalam proses politik dan berpartisipasi dalam mendirikan Negara Palestina.
“Para pemilih Palestina dipercayakan untuk menentukan peran yang dapat dimainkan oleh Hamas,” lanjutnya.
Sebagai informasi, lebih dari enam bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan, mendorong 85 persen penduduk daerah kantong tersebut ke dalam pengungsian internal di tengah-tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang pada bulan Januari lalu mengeluarkan keputusan sementara yang memerintahkan untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza. [ran]