(IslamToday ID) – Polisian kota Adana, Turki menahan lima tersangka dugaan perdagangan organ manusia. Kelima orang tersebut lima di antaranya merupakan warga Israel dan dua lainnya warga Suriah.
Penangkapan kelima tersangka berawal saat Cabang Anti-Penyelundupan dan Gerbang Perbatasan Direktorat Keamanan Provinsi mulai melakukan penyelidikan setelah memeriksa paspor tujuh orang yang tiba di Adana dari Israel sekitar sebulan lalu dengan pesawat tujuan wisata kesehatan.
Dua warga negara Suriah, berusia 20 dan 21 tahun, ditemukan memiliki paspor palsu.
Kedatangan mereka ke Adana diketahui untuk melakukan transpalansi ginjal yang dijual kepada kepada dua warga Israel berusia 68 dan 28 tahun.
Selama penggeledahan di kediaman tersangka, polisi menemukan uang $65.000 dan menyita sejumlah paspor palsu.
“Israel sendiri telah lama menjadi pusat pasar gelap global yang luas. Di mana para pialang menggunakan penipuan, kekerasan, dan paksaan untuk membeli ginjal dari orang-orang miskin, terutama di negara-negara terbelakang, dan kemudian menjualnya kepada orang-orang yang sakit kritis. pasien di negara-negara yang lebih makmur,” tulis surat kabar Daily Sabah seperti dikutip dari CAN, Senin (6/5/2024).
Masih dari sumber yang sama, menurut penyelidikan Bloomberg, jaringan perdagangan organ meluas dari negara-negara bekas Uni Soviet seperti Azerbaijan, Belarus, Ukraina, dan Moldova hingga Brasil, Filipina, Afrika Selatan, dan sekitarnya.
Tidak mengherankan bila tuduhan keterlibatan Israel dalam perdagangan organ juga berlaku di wilayah pendudukan Palestina.
Pasalnya pada tahun 2009, surat kabar harian terbesar di Swedia, Aftonbladet, melaporkan kesaksian bahwa tentara Israel menculik dan membunuh warga Palestina untuk diambil organnya.
Laporan tersebut mengutip klaim Palestina bahwa para pemuda dari Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki telah ditangkap oleh tentara Israel, dan jenazah mereka dikembalikan ke keluarga mereka dengan organ yang hilang.
“’Putra-putra kami digunakan sebagai donor organ secara paksa, kata kerabat Khaled dari Nablus kepada saya, begitu pula ibu Raed dari Jenin serta paman Machmod dan Nafes dari Gaza, yang semuanya telah menghilang selama beberapa hari dan kembali pada malam hari, dalam keadaan meninggal dan diotopsi,” tulis Donald Bostrom, penulis laporan tersebut.
Bostrom juga mengutip insiden dugaan pencurian organ tubuh selama intifada Palestina pertama pada tahun 1992.
Ia mengatakan bahwa tentara Israel menculik seorang pemuda yang diketahui melemparkan batu ke arah pasukan Israel di wilayah Nablus. Pemuda tersebut ditembak di bagian dada, kedua kaki, dan perut sebelum dibawa ke helikopter militer, yang membawanya ke lokasi yang tidak diketahui.
Lima malam kemudian, lanjut Bostrom, jenazah pemuda itu dikembalikan, terbungkus seprai rumah sakit berwarna hijau.
Dugaan itu semakin kuat ketika TV Channel 2 Israel melaporkan bahwa pada tahun 1990-an, para spesialis di Institut Kedokteran Forensik Abu Kabir mengambil kulit, kornea mata, katup jantung, dan tulang dari tubuh tentara Israel, warga negara Israel, warga Palestina, dan pekerja asing tanpa izin dari kerabat.
Militer Israel membenarkan bahwa praktik tersebut benar terjadi, namun menyatakan, “Kegiatan ini telah berakhir satu dekade lalu dan tidak akan terjadi lagi.”
Meski demikian, serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober diduga telah memberikan peluang lebih lanjut bagi pencurian dan pengambilan organ tubuh warga Palestina.
Pada tanggal 30 Januari, kantor berita WAFA melaporkan bahwa tentara Israel mengembalikan jenazah 100 warga sipil Palestina yang telah mereka curi dari rumah sakit dan kuburan di berbagai wilayah di Gaza.
Menurut sumber medis, pemeriksaan beberapa jenazah menunjukkan ada beberapa organ yang hilang.
Pada tanggal 18 Januari, Times of Israel melaporkan bahwa tentara Israel membenarkan laporan bahwa tentaranya menggali kuburan di pemakaman Gaza, mengklaim bahwa tentaranya berusaha untuk memastikan bahwa jenazah sandera tidak dikuburkan di sana. [ran]