(IslamToday ID) – Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi disebut semakin dekat dengan sebuah kesepakatan besar yang akan membentuk kembali Timur Tengah dan menambah keamanan di wilayah tersebut.
Namun, pemerintahan Biden hanya akan menandatangani pakta pertahanan dengan Arab Saudi jika kerajaan tersebut setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan.
“Visi yang terintegrasi adalah pemahaman bilateral antara AS dan Arab Saudi yang dikombinasikan dengan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi, dikombinasikan dengan langkah-langkah yang berarti atas nama rakyat Palestina. Semua itu harus bersatu. Anda tidak bisa memisahkan satu bagian dari yang lain,” kata Sullivan dikutip dari Sputnik, Senin (6/5/2024).
Dia juga mengatakan bahwa normalisasi antara Riyadh dan Tel Aviv merupakan jalan yang yakini AS dapat menghasilkan Israel yang lebih aman dan wilayah yang lebih damai.
Penasihat keamanan nasional AS juga mengatakan bahwa yang dapat dilakukan AS adalah mencari tahu apa yang menurut mereka masuk akal dan mencoba mengajak sebanyak mungkin negara di kawasan tersebut untuk bergabung dan kemudian mempresentasikannya.
“Pada akhirnya semua tergantung pada kepemimpinan Israel dan terus terang pada akhirnya rakyat Israel yang dapat memutuskan apakah itu jalan yang ingin mereka tempuh atau tidak,” ujarnya.
Pernyataan tersebut muncul beberapa hari setelah juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan kepada wartawan bahwa Washington sudah sangat dekat untuk mencapai kesepakatan mengenai bagian bilateral dari paket antara Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Namun, Riyadh menegaskan bahwa mereka tidak akan menandatangani kesepakatan tersebut kecuali ada ketenangan di Gaza dan jalan menuju negara Palestina yang merdeka, lanjut Miller.
Bloomberg News sebelumnya melaporkan bahwa AS dan Arab Saudi hampir mencapai pakta bersejarah untuk menawarkan jaminan keamanan dan membuka jalan menuju hubungan diplomatik dengan Israel, jika pemerintahnya mengakhiri perang di Gaza. Jika ditandatangani, pakta ini akan berpotensi membentuk kembali Timur Tengah.
Pada bulan Januari, media melaporkan bahwa Arab Saudi telah melanjutkan negosiasi dengan AS mengenai kesepakatan pertahanan setelah jeda tiga bulan karena eskalasi di Timur Tengah setelah serangan mendadak kelompok militan Palestina Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.
Kemudian pada awal Agustus 2023, Washington dan Riyadh menyetujui kontur yang luas dari kesepakatan potensial untuk menormalkan hubungan antara Arab Saudi dan Israel.
Namun, pada bulan September di tahun yang sama, media mengutip sebuah sumber di kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan bahwa Riyadh telah memberi tahu Washington tentang penghentian negosiasi tentang kesepakatan normalisasi Arab Saudi-Israel.
Sebagai informasi, Amerika Serikat meluncurkan proses untuk menormalkan hubungan antara Israel dan dunia Arab pada tahun 2020. Sebagai hasil dari upaya ini, pada September 2020, Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain menandatangani serangkaian dokumen yang dikenal sebagai Perjanjian Abraham. Pada Desember, Maroko bergabung dengan tiga negara tersebut.
Pada Januari 2021, Sudan juga menandatangani bagian deklaratif dari Kesepakatan itu, tetapi tidak menandatangani dokumen yang relevan dengan Israel, tidak seperti negara-negara lain, karena ketidaksepakatan antara militer Sudan dan kepemimpinan sipil mengenai masalah tersebut. [ran]