(IslamToday ID) – Para pejabat Israel mengatakan mereka sedang ‘mempelajari’ usulan gencatan senjata lantaran Washington secara terbuka terus menyerukan Tel Aviv untuk menghindari pengiriman pasukan ke Rafah.
Ketika Hamas akhirnya memutuskan untuk menerima proposal Mesir dan Qatar untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Israel pada Senin (6/5/2024) malam.
Keputusan tersebut diambil lantaran tekanan global terus meningkat terhadap rencana invasi darat Israel ke kota Rafah paling selatan di Gaza.
“Saudara Mujahid Ismail Haniyeh, kepala biro politik gerakan Hamas, melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani, dan Menteri Intelijen Mesir, Tuan Abbas Kamel, dan memberi tahu mereka atas persetujuan gerakan Hamas atas proposal mereka mengenai perjanjian gencatan senjata,” bunyi pernyataan Hamas seperti dikutip dari trtworld, Selasa (7/5/2024).
Proposal yang disetujui oleh para pejabat Palestina mencakup tiga tahap yang masing-masing berdurasi 42 hari, kata Wakil Kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, kepada Al-Jazeera, yang akan mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza, kembalinya para pengungsi, dan sebuah (kesepakatan pertukaran tahanan).
“Usulan tersebut mencakup pengumuman langsung tahap kedua mengenai penghentian permanen operasi militer dan permusuhan,” kata pejabat Hamas, seraya menambahkan bahwa “keputusan sekarang berada di tangan pendudukan Israel,” kata Hayya.
“Kami membuat konsesi untuk membuka pintu menghentikan perang gila dan melakukan proses pertukaran tahanan yang nyata… Kami menunggu tanggapan pendudukan atas persetujuan kami terhadap proposal gencatan senjata,” tambahnya.
Hamas mengeluarkan pernyataan persetujuan itu beberapa jam setelah Israel memerintahkan sekitar 100.000 warga Palestina di bagian timur kota Rafah untuk mulai mengungsi ke daerah yang dianggap aman di dekat Khan Yunis.
Sementara Israel telah membom Rafah selama berminggu-minggu sambil mengancam akan melakukan invasi darat ke kota di perbatasan Mesir di mana lebih dari 1 juta warga Palestina yang mengungsi dari tempat lain di Gaza berlindung.
Pernyataan serupa juga diungkapkan sumber di Israel. Mereka mengatakan kepada Channel 13 bahwa Hamas telah menyetujui proposal Mesir yang dimodifikasi dan tidak dapat diterima oleh Israel.
Mengenai pengumuman Hamas, para pejabat Israel mengatakan Tel Aviv menerima tanggapan Hamas dari mediator Mesir dan Qatar setelah Hamas menerima proposal tersebut.
“Tim perundingan Israel sedang mempelajari tanggapan Hamas,” para pejabat tersebut mengatakan kepada media barat, dan menambahkan bahwa proposal tersebut (tidak) memiliki kerangka kerja yang telah disepakati.”
Washington sendiri telah mengkonfirmasi menerima proposal yang disetujui oleh Hamas, dan mengatakan bahwa Gedung Putih sedang mempelajarinya dan berdiskusi dengan mitra-mitranya.
AS juga menegaskan kembali penolakannya terhadap serangan Israel di Rafah, ketika juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan penolakan ini terpisah dari dorongan gencatan senjata.
“Kami tidak dapat mendukung operasi di Rafah seperti yang dibayangkan saat ini,” kata Miller kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa AS belum melihat rencana yang kredibel untuk melindungi 1,5 juta warga Palestina yang terjebak di kota tersebut.
“Bahkan tanpa adanya tanggapan terbaru [oleh Hamas], kami telah menegaskan bahwa kami tidak mendukung Israel melancarkan operasi militer skala penuh di Rafah,” tambah Miller.
Terpisah, Presiden Tiongkok Xi Jinping juga mengomentari usulan tersebut. Dia mendesak terciptanya perdamaian abadi di Asia Barat dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Kami menyerukan segera realisasi gencatan senjata yang komprehensif dan berkelanjutan di Gaza, dukungan bagi Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB, dukungan bagi pemulihan hak-hak sah bangsa Palestina, memulai kembali solusi dua negara, dan mencapai perdamaian abadi di Timur Tengah,” kata Xi. [ran]