(IslamToday ID) – Wakil menteri keuangan AS untuk terorisme dan intelijen keuangan Brian Nelson berupaya meningkatkan upaya AS untuk memperketat pembatasan ekspor minyak mentah Iran selama perjalanan empat hari untuk berbicara dengan para eksekutif minyak, regulator, dan lembaga keuangan di Singapura dan Malaysia.
Dikutip dari The Cradle, Rabu (8/6/2024), kunjungan Nelson dilakukan seiring meningkatnya upaya Departemen Keuangan AS untuk menindak pendanaan kelompok perlawanan seperti Hamas, yang diklaim disalurkan melalui Asia Tenggara dan upaya penggalangan dana serta penjualan minyak Iran.
Lebih lanjut dia mengatakan AS berusaha mencegah Malaysia menjadi kekuatan regional di mana kelompok perlawanan Palestina dapat mengumpulkan dana.
Namun, pejabat tersebut mencatat bahwa Iran telah menjadi fokus utama mengingat hubungan bersejarahnya dengan negara-negara seperti Malaysia.
AS sendiri telah menerapkan paket sanksi terhadap Iran pada bulan April. Sanksi itu menargetkan sektor minyak Teheran menyusul dukungan Iran terhadap perlawanan Palestina dan serangan balasan mereka terhadap Israel.
Paket sanksi mencakup pelabuhan, kapal, dan kilang asing yang diketahui memproses atau mengirimkan minyak mentah Iran.
Pembatasan juga mencakup semua transaksi dengan bank-bank Iran yang dikenai sanksi yang digunakan untuk pengadaan minyak bumi dan produk berbasis minyak lainnya.
Tak dipungkiri, Nelson mencatat bahwa meningkatkan upaya penegakan sanksi terhadap Iran terbukti sulit karena seringnya transfer minyak Iran antar kapal tanker di perairan sekitar Malaysia mencakup tujuan kapal yang menuju lebih jauh ke timur.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 3 Mei oleh Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa, “Sejak awal tahun ini, Departemen Keuangan telah mengambil beberapa tindakan signifikan untuk memerangi dan mengganggu pengiriman ilegal minyak Iran ke pembeli di Asia Timur, termasuk pengiriman melalui pengiriman antar kapal. transfer di perairan internasional dekat Singapura dan Malaysia.”
Sektor minyak Teheran sendiri diketahui mengalami peningkatan pesat, melebihi $35 miliar selama 12 bulan terakhir dan mencapai tingkat tertinggi dalam lima tahun terakhir, yaitu sekitar 50 persen, yaitu 1,29 juta barel per hari, dengan sebagian besar pengiriman dilakukan ke Tiongkok.
Itu membuktikan betapa sia-sianya sanksiyang diberikan AS terhadap Iran. Tak hanya itu Iran baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan Pakistan dan Sri Lanka pada bulan April.
Dengan Pakistan, Iran sepakat untuk meningkatkan perdagangan bilateral, dengan tahap awal sebesar $10 miliar, dan berupaya meningkatkan upaya untuk mempererat hubungan di bidang lain.
Sementara dengan Sri Lanka, Iran mengumumkan proyek pembangkit listrik tenaga air dan irigasi Uma Oya. Saat peresmiannya, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan proyek tersebut membuktikan negara barat tidak memonopoli teknologi. [ran]