(IslamToday ID) – Pasukan militer cadangan Israel serukan pemerintah tolak perintah ICJ untuk menghentikan serangan ke Gaza.
Seruan tersebut beredar melalui video viral yang dibagikan grup-grup Israel di platform pesan Telegram dan menjadi terkenal setelah diposting ulang oleh Yair Netanyahu, putra perdana menteri Israel berusia 32 tahun yang saat ini tinggal di Miami.
Dalam video menunjukkan seorang tentara Israel yang mengancam melakukan pemberontakan militer memberikan pencerahan baru mengenai polarisasi politik yang intens yang menurut para pengamat mengancam akan memicu perang saudara.
Prajurit Angkatan Pertahanan Israel yang bertopeng itu menyerukan pemberontakan melawan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Kepala Staf militer Herzi Halevi.
Anggota militer tersebut mendedikasikan pesan tersebut kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menyatakan mereka (pasukan cadangan) tidak bermaksud untuk menyerahkan kunci kepada Otoritas Palestina mana pun.
“Pikirkan baik-baik kepada siapa Anda ingin memberikan kuncinya,” katanya seperti dikutip dari Sputnik, Senin (27/5/2024).
“Saudara-saudara kami tidak dibunuh atau diperkosa tanpa alasan. Kami menginginkan kemenangan, sebuah keputusan. Siapa pun yang merugikan rakyat Israel dan saudara-saudara kami, kami ingin menghancurkannya, dan Anda, Tuan Gallant, tidak dapat melakukan itu,” lanjutnya.
Padahal Investigasi independen telah menentang laporan awal mengenai pemerkosaan massal pada tanggal 7 Oktober, dan tentara IDF telah mengakuinya.
Video viral tersebut menunjukkan bahwa sebagian dari militer Israel sangat menentang pengembalian Gaza ke kendali Palestina setelah operasi militer Israel, sebuah tuntutan yang dinyatakan oleh Presiden AS Joe Biden dan tokoh internasional lainnya.
“Ubah rekor dan pahami bahwa kami ingin menang, atau kami hanya akan memilih perdana menteri,” lanjut tentara yang tidak disebutkan namanya itu.
“Hanya dengan siapa pun yang memutuskan bahwa kami harus menang, kami akan mengikutinya. Di sini saya beri tahu Anda, apakah Anda menginginkan kudeta militer?”
Sebagai informasi, Israel diguncang oleh protes besar-besaran anti-Netanyahu beberapa bulan sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketika perdana menteri kontroversial itu berusaha melemahkan sistem peradilan negara tersebut.
Para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan dalam beberapa bulan terakhir menyerukan pengunduran diri Netanyahu dan kembalinya sandera Israel yang ditahan di Gaza.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa generasi muda Israel lebih cenderung memegang posisi ekstremis, mendukung partai politik radikal yang menyerukan pembersihan etnis di Palestina.[ran]