PALEMBANG, (IslamToday) – Warga Palembang, Sumatera Selatan kembali mengeluhkan kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang pekat hingga mengganggu pernapasan serta jarak pandang. Beberapa warga menganggap kondisi hari ini, Senin (14/10/2019), adalah yang terparah dan sangat mengganggu.
Amelia, warga Kelurahan Bukit Sangkal, Kecamatan Kalidoni, mengaku terkejut ketika keluar rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Ia saat itu bermaksud mengantar anaknya. Namun, ia mendapati kabut demikian pekat. Bahkan, jarak pandang pun hanya sekitar 10 meter.
“Saya terkejut, kenapa gelap ini. Kemarin-kemarin ada kabut asap, tapi tidak separah hari ini,” katanya.
Amelia lantas menunda keberangkatan. Ia ingin mengantar anaknya jika jarak pandang sudah lebih baik. Terlebih, pihak sekolah pun mengundur jadwal masuk dari pukul 07.00 menjadi 08.00 WIB.
Keluhan akibat asap juga diungkapkan oleh warga Palembang lainnya, Tina. Instruktur senam di sebuah tempat kebugaran ini menilai kondisi kabut asap sangat parah. “Saya selalu ke luar rumah pukul 06.00 WIB karena ada jadwal senam, sempat terkejut juga karena jarak pandang hanya 10 meter. Sangat terasa, apalagi saya pakai sepeda motor,” katanya.
Informasi yang diperoleh, Dinas Pendidikan Kota Palembang meliburkan siswa untuk merespons kondisi hari ini.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan yang bersumber dari Satelit Lapan menyebut ada 732 titik panas pada Senin (14/10/2019). Jumlah tersebut lebih banyak dibanding Jumat lalu (11/10/2019) yang hanya 417 titik. Titik panas terbanyak pada hari ini berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), yakni 437 titik.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumatera Selatan, Ansori mengatakan, pihaknya fokus melakukan pemadaman di wilayah tersebut. “Kami selalu lakukan water bombing (pemadaman dari udara), setiap hari mengerahkan lima unit helikopter. Kebakaran di OKI ini memang sulit dipadamkan karena terjadi di kawasan gambut, dan akses darat yang terbatas. Belum lagi jika terbakar, asapnya mengarah ke Palembang,” kata Ansori.
Pada Jumat lalu (11/10/2019), BPBD Sumatera Selatan sudah mendatangkan satu helikopter tambahan dari Riau. Dengan demikian, mereka kini memiliki 10 helikopter yang bisa dikerahkan untuk memadamkan karhutla. Bantuan tersebut, kata Ansori, dikirimkan karena lahan terbakar di Sumatera Selatan masih banyak, sedangkan Riau sudah mencabut status siaga darurat sejak awal Oktober.
Sementara, kabut asap di Palembang juga membuat aktivitas kapal di Sungai Musi tersendat. “Kami semua bersandar dulu, kalau jalan kami takut nabrak. Ini yang terparah dari tahun 2019,” kata seorang sopir kapal barang (serang), Rudi di Dermaga Ampera, Senin (14/10/2019).
Sebagai seorang serang, Rudi mengaku sangat berisiko jika harus beraktivitas pagi ini. Selain jarak pandang terbatas, ia juga tidak bisa mempercepat laju speedboat. “Kita nggak bisa cepat. Berisiko lah kalau mau tetap cari penumpang,” terang Rudi.
Rudi menyebut kabut asap sebelumnya hanya berlangsung hingga pukul 07.00 WIB. Namun kali ini kabut asap masih pekat hingga pukul 08.30 WIB.
Akibat kabut asap tersebut, omzet para serang di sungai Musi menurun drastis. Bahkan penurunan dapat mencapai 20-30 persen. “Menurun drastis, kan biasanya pagi itu yang banyak penumpang. Tetapi kalau kabut asap begini, orang saja takut kan mau naik speed,” katanya.
Rudi menuturkan, ada beberapa serang yang nekat beraktivitas. Mereka mayoritas adalah pengangkut barang dan sembako dari daerah Seberang Ulu. “Ini ada beberapa dari seberang sungai ini saja, kalau speed ke daerah dari tadi belum ada. Semua bersandar dan kami lihat memang ini yang terparah, karena biasa jam segini sudah terang,” tutupnya. []
Sumber: Antara, Detik