KENDARI, (IslamToday ID) – Aksi demo ratusan mahasiswa di Mapolda Sulawesi Tenggara (Sultra), Kota Kendari berakhir ricuh, Selasa (22/10/2019). Para mahasiswa terlibat bentrok dengan kepolisian yang berakibat tiga aparat dan lima mahasiswa terluka.
Mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Kendari menggelar demonstrasi di Mapolda Sultra mendesak agar polisi segera mengungkap pelaku penembakan Randi (21) dan Muhammad Yusuf Kardawi (19) pada Kamis (26/9/2019) lalu.
Awalnya, demonstrasi berlangsung damai. Namun, tiba-tiba memanas setelah salah satu oknum polisi dari Resmob Polda Sultra ketahuan berkerumun di tengah massa. Akibatnya, ia diduga jadi bulan-bulanan massa hingga kepala dan wajahnya berlumuran darah.
Beruntung,
ia sempat diamankan oleh aparat TNI yang turut terlibat dalam pengamanan. Massa
yang sudah terlanjur beringas, turut memukul anggota TNI yang diketahui bernama
Sertu Subakri.
Komandan Regu Provos Kodim 1417 Kendari ini kena pukul di
wajah dan sempat pingsan. Selanjutnya, korban dievakuasi ke rumah sakit. Suasana tegang sempat menurun. Massa melanjutkan orasinya
menanyakan lambannya penanganan kasus penembakan Yusuf dan Randi.
Lantaran penjelasan polisi tidak memberikan batas waktu
pengungkapan kasus, mahasiswa kemudian mencoba menerobos barikade polisi. Usai merusak kawat duri, mereka terlibat saling dorong
dengan aparat. Bentrokan pun pecah saat mahasiswa melempar batu, lalu dibalas
dengan semprotan dari kendaraan water cannon dan gas air
mata.
Salah
seorang polisi dari Direktorat Intelkam Polda Sultra jadi bulan-bulanan massa.
Polisi kemudian membalas dengan menangkap tiga orang mahasiswa. Ketiga pemuda itu diamuk ramai-ramai oleh aparat dan
diseret ke ruangan jaga Propam Polda Sultra.
Setelah perwakilan massa berdialog dengan aparat, ketiga
mahasiswa itu dikeluarkan dan dibawa ke rumah sakit. Dua mahasiswa lainnya
dikabarkan terluka akibat terjatuh dan dilarikan ke Puskesmas Poasia Kota
Kendari.
Selain mahasiswa dan polisi, jurnalis MNC TV Mukhtaruddin juga terluka akibat lemparan batu dalam demo
ricuh tersebut. Bentrokan kemudian berakhir sekitar pukul 18.00 WITA, setelah polisi memukul mundur massa.
LPSK Beri Perlindungan
Tim dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) juga
kembali menyambangi Kota Kendari,
Selasa (22/10/2019). Tim dipimpin langsung oleh Wakil Ketua LPSK Maneger Nasution. Kehadiran tim LPSK
masih berkaitan dengan perlindungan bagi saksi dan korban pada kasus kematian
dua mahasiswa Universitas Halu Oleo saat berunjuk rasa.
Maneger Nasution mengatakan ada sejumlah pihak yang sudah
ditetapkan menjadi terlindung LPSK. Kedatangan ia dan tim untuk menindaklanjuti keputusan
tersebut dalam rangka pemberian perlindungan.
“Kami mendorong kasus (kematian mahasiswa) ini bisa
diproses hukum. Sekali lagi, kami mengimbau pihak-pihak yang memiliki informasi
untuk tidak takut memberikan keterangan,” kata Maneger, Selasa (22/10/2019).
Masih
menurut Maneger, selain mereka yang telah ditetapkan sebagai terlindung, LPSK akan
terus berupaya mendorong pihak-pihak lain yang memiliki informasi mengenai
kejadian tewasnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo saat berunjuk rasa akhir
September lalu, untuk berani bersuara. “Tidak perlu takut karena kita
optimistis kasus ini akan ditangani secara profesional,” ujar Maneger.
Saat berada di Kendari, Maneger juga akan bertemu dengan
sejumlah pihak, seperti pimpinan Polda Sultra untuk mendapatkan informasi
mengenai perkembangan penanganan kasusnya.
Tim juga akan berkoordinasi dengan penasihat hukum dari pihak
korban. Pertemuan itu bertujuan untuk melakukan koordinasi terkait kebutuhan
perlindungan bagi korban dan keluarga, serta saksi-saksi lainnya. Harapannya,
dengan saksi-saksi yang berani memberikan keterangan, dapat membantu penyidik
agar kasus ini bisa diungkap dan diproses secara transparan. (wip)
Sumber: Detik