JAKARTA, (IslamToday ID) – Ramai soal desa fiktif atau desa yang tidak berpenghuni namun rutin menerima aliran dana desa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akhirnya angkat bicara. Ia memaparkan beberapa kriteria yang menggambarkan sebuah desa yang tergolong desa fiktif atau desa yang memiliki nama, tetapi tidak berpenghuni.
Menurutnya, kriteria utama untuk mengidentifikasi desa fiktif yaitu jumlah penduduknya berada di bawah 1.000 atau bahkan 100 orang. “Jadi kalau ada desa yang jumlah penduduknya di bawah 100 itu kan berarti kan bukan desa. Kecuali desa warisan dalam hal ini,” ujarnya dalam acara Sosialisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2020 di Kantor Ditjen Pajak, Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Sri Mulyani mengatakan sebuah indikator dasar yang merupakan ciri-ciri dari sebuah desa non-fiktif, yaitu harus memiliki minimal sejumlah 5.000 penduduk untuk di Jawa dan 3.000 penduduk untuk di luar Jawa. “Kalau desa di Jawa harus minimal 5.000 penduduknya, kalau di luar Jawa ada yang 2.000 ada yang 3.000, yang di Timur lebih sedikit lagi. Tapi tidak ada yang lebih kecil di bawah 1.000,” katanya.
Tak hanya dilihat dari jumlah penduduk, Sri Mulyani menyebutkan indikator lain bisa dilihat melalui suatu perubahan karena adanya bencana alam, sebab pasti akan didaftarkan ulang terkait batas desa dan lainnya. “Jadi dalam hal ini, mungkin kita akan lihat kalau ada desa yang bahkan enggak ada penduduknya, ya itu menunjukkan bahwa indikatornya sudah minimum threshold-nya (batasannya) sudah enggak ada,” katanya.
Sri Mulyani menegaskan Kemenkeu tak segan untuk mencabut anggaran dana yang telah ditransfer kepada desa fiktif jika telah terbukti keberadaannya. “Kalau ada daerah yang ketahuan ada dana desa yang ternyata desanya tidak legitimasi, ya kita bekukan. Kalau sudah terlanjur transfer (dana desa) ya kita ambil lagi,” tegasnya.
Ia pun menuturkan saat ini Kemenkeu sedang bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negari dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk merapikan database penerima dana desa serta mendalami kejanggalan yang terjadi tersebut.
Sebelumnya, pada Jumat (4/10/2019), Sri Mulyani di hadapan Komisi XI DPR mengatakan muncul desa baru yang tidak berpenduduk hanya untuk mendapatkan Dana Desa.
“Namun kita berharap dengan anggaran yang lebih tinggi seperti dana desa, DAK (Dana Alokasi Khusus) bisa betul-betul dirasakan masyarakat, karena ini anggaran di pemerintah daerah yang langsung ke masyarakat, langsung ke desa, langsung dalam bentuk pembangunan jalan, pasar, irigasi, itu semuanya adalah anggaran dalam bentuk DAK fisik maupun dana desa,” jelas Sri Mulyani.
DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dalam APBN 2020, DAK fisik mencapai Rp 72,25 triliun, sedangkan DAK nonfisik mencapai Rp 130,28 triliun dengan menambah kegiatan pengawasan obat dan makanan pada dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. (wip)
Sumber: Republika.co.id