JAKARTA, (IslamToday ID) – Perusahaan-perusahaan milik BUMN yang selama ini masih merugi, siap-siap bakal direstrukturalisasi. Untuk perusahaan yang masih merugi pilihannya ada dua, ditutup total atau digabung (merger).
“Jumlah BUMN terlalu banyak, harus dikurangi. Harus diperbaiki bisnis intinya, harus dimerger atau ditutup. Tidak bisa berdiri sendiri semua, karena terlalu banyak,” kata Menteri BUMN, Erick Thohir, Rabu (4/12/2019).
Menurutnya, dengan perampingan itu diharapkan kinerja BUMN dapat lebih fokus. Akhirnya mendorong kinerja menjadi lebih baik, sehingga terbuka penciptaan lapangan pekerjaan secara berkelanjutan. “Visi Presiden adalah menciptakan lapangan kerja, jangan nanti BUMN punya anak usaha hanya untuk menggemukkan diri dan diisi oleh kroni-kroni oknum,” jelasnya.
Erick berharap jabatan BUMN diisi oleh kalangan profesional, terutama generasi muda dan bukan diisi oleh pensiunan, sehingga tidak sesuai dengan visi Presiden Jokowi.
“Kami mengharapkan orang-orang yang profesional, yang sesuai dengan tempatnya, bukan karena hasil lobi-lobi. Mohon maaf, saya bukan anti orang tua, saya tetap apresiasi. Tapi kalau diisi oleh pensiunan? Sedangkan 58 persen penduduk Indonesia muda, berarti kan tidak membuka lapangan kerja,” jelas Erick.
Saat ini, bos Mahaka Grup ini melihat telah banyak bermunculan figur baru yang diharapkan dapat mengubah pola pikir di BUMN ke depan, sehingga menjadi lebih baik.
“Ini sebuah amanah yang harus benar-benar dirasakan oleh negara, bangsa, dan semua. Banyak hal yang akan kami perbaiki di BUMN dan tidak mudah. Perlu waktu,” ucapnya.
Erick menjelaskan, terdapat tiga hal yang harus dimiliki oleh Direksi BUMN, yakni akhlak yang baik, loyalitas, dan solid bekerja sama.
“Akhlak karena ini kan amanah, ketika dikasih kesempatan memimpin musti akhlaknya dulu baik. Kedua punya loyalitas, kalau mereka tidak loyal ya tidak usah di BUMN, jadi swasta saja. Dan tidak keminter, artinya suka akal-akalan. Saya tidak perlu orang pintar, yang penting bisa solid bekerja sama, gotong-royong supaya semua pintar,” papar Erick.
Erick juga menyinggung keberadaan direksi BUMN “nyinyir”. Mereka ialah bos BUMN yang memberi kritik padahal bekerja di BUMN. Menurutnya, kritik itu tidak disampaikan kepadanya secara langsung, tapi justru berkembang di luar. Akibatnya, justru kritik seperti itu tidak menyelesaikan masalah.
“Penting sekali bahwa mereka itu punya loyalitas yang jelas kepada pemerintah, kepada presiden. Kalau mereka sendiri mengkritisi, tapi kerja di BUMN, bukan berarti saya anti kritik, tapi harus dikritisi tapi langsung. Jangan lewat media. Kalau dia kerja di BUMN mengkritisi BUMN tapi lewat media, itu kan nggak etis. Orang cari makan di BUMN,” paparnya. (wip)
Sumber: Gelora.co