JAKARTA, (IslamToday ID) – Ekonom dari Institute For Development of Economic and Finance (INDEF) Nailul Huda mengamini prediksi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang buramnya laju ekonomi pada tahun 2020.
“Ya masih
suram, sama seperti BPS. Dan BPS saya rasa tidak ada tendensi apapun ya,”
ujarnya, Senin (16/12/2019).
Menurut Huda, pemerintah harus menerima dan
mengakui bahwa ekonomi Indonesia di tahun depan memang tidak akan stabil.
Selanjutnya, fakta tersebut harus menjadi peringatan bagi pemerintah.
Adapun faktor yang dapat menjadikan ekonomi Indonesia suram, lanjut Huda, adalah perang dagang yang masih berlangsung antar dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan China.
“Semuanya akan melihat bagaimana perang dagang akan berlangsung. Jika masih seperti ini (tidak ada yang mau mengalah), ya pasti akan suram tahun depan,” ujarnya.
Huda memprediksi bahwa perang dagang akan berakhir jika Presiden AS Donald Trump dapat dikalahkan dalam Pilpres. Dengan begitu, kondisi ekonomi Indonesia bisa kembali membaik. “Saya rasa perang dagang masih akan berlangsung dan perekonomian masih buram, setidaknya hingga pemilu AS,” tutupnya.
Sementara itu, peneliti ekonomi dari CORE, Piter Abdullah Redjalam menyampaikan, kontribusi utama pertumbuhan ekonomi bukan pada ekspor melainkan konsumsi.
Kontribusi
pertumbuhan konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 56 persen, sementara
konsumsi dan investasi bersama-sama menyumbang sekitar 80 persen terhadap
pertumbuhan ekonomi.
“Artinya bila pemerintah bisa memacu pertumbuhan
konsumsi di atas 5 persen dan investasi di sekitar 6
persen, maka dapat
diyakini pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5
persen,” kata Piter, Minggu (15/12/2019).
Menurutnya, masalah ekonomi yang terjadi di Indonesia kini karena pertumbuhan ekonomi mengalami pelambatan yang berasal dari rendahnya konsumsi dalam negeri.
Selain itu, menurut Piter,
komoditas juga mengalami kemerosotan atau anjlok dan bila hal ini dibiarkan
tanpa solusi tepat, dapat menyebabkan potensi
pertumbuhan ekonomi terus melambat.
“Itu yang coba dijelaskan oleh kepala BPS. Makanya pemerintah
diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan terobosan yang mampu menahan perlambatan
itu,” tandasnya. (wip)
Sumber: Rmol.id