JAKARTA, (IslamToday ID) – Staf Khusus (Stafsus) Presiden Jokowi dari kalangan milenial mulai dipertanyakan sumbangsihnya untuk meringankan kerja-kerja presiden. Apalagi soal penanganan virus corona, tujuh Stafsus milenial nyaris nggak ada suaranya.
Padahal seperti diketahui, tujuh Stafsus milenial diganji cukup besar, yakni Rp 51 juta per bulan. Mereka juga tidak memiliki bidang kerja khusus dan tidak bekerja full time.
Stafsus milenial dianggap tidak berguna dan hanya membuang anggaran. Pasalnya, tujuh anak muda yang ditunjuk Jokowi itu tidak memberikan manfaat di saat merebaknya virus corona.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, Stafsus milenial gagal berperan aktif dalam meredam panic buying di masyarakat akibat isu corona di Tanah Air.
“Stafsus (milenial) tidak mampu meredam panic buying di masyarakat, kepanikan terjadi harusnya kan ada masukan bagaimana milenial ini, jangan panik dan lain-lain. Ini kan nggak ada,” ujar Bhima, Senin (16/3/2020).
Singkatnya, ia menilai uang rakyat terbuang sia-sia untuk menggaji para Stafsus yang tidak bermanfaat. Ia berharap agar Presiden Jokowi segera memulangkan kembali para Stafsus milenial untuk bekerja di kegiatan sosial dan startup masing-masing, dibanding kerja di pemerintahan.
“Jadi buang-buang anggaran saja Stafsus milenial itu. Pulangkan mereka, lebih bermanfaat milenial di startup daripada kerja sama pemerintah. Kasihan pajak rakyat,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Koordinator Pelaporan Bela Islam (Korlabi), Damai Hari Lubis. Ia menyebut keberadaan Stafsus seperti patung yang bernyawa. Gagasan Stafsus milenial dinilai hanya sebuah proyek yang memiliki hubungan baik dengan kalangan Istana. “Jadi anggaran yang dicari dan orang-orangnya adalah rekrutan mereka,” ucapnya.
Damai melanjutkan, keberadaan Stafsus milenial sangat tidak berguna lantaran tidak tampak giat, karya atau sumbangsih saran maupun pencapaian yang didengar oleh masyarakat. Terkhusus dalam hal kasus virus corona di Indonesia.
“Saran saya bubarkan saja, kayak melihat patung bernyawa saja. Hanya habiskan anggaran negara, rugikan uang rakyat. Uang negara adalah uang milik seluruh rakyat Indonesia,” tegas Damai.
Karena, katanya, sikap pasif yang ditunjukkan oleh Stafsus milenial tersebut dapat menghilangkan optimisme masyarakat khususnya kalangan anak muda. “Anak-anak muda yang kreatif lainnya dan yang punya telenta atau bakat yang bagus bisa hilang promosi atau peluang melihat data empiris mereka,” jelas Damai.
Ia pun menilai Stafsus milenial diangkat hanya berdasarkan faktor nepotisme, bukan berdasarkan bakat yang dimiliki. “Padahal mereka-mereka (Stafsus) ini adalah individu-individu salah pilih. Mungkin terpilihnya mereka ada faktor nepotisme. Bukan oleh karena punya bakat atau talenta yang unggul,” pungkas Damai.
Malah Sebar Hoaks
Bukannya memberi sumbangsih untuk penanganan kasus corona, Stafsus milenial, Angkie Yudistia menyebarkan hoaks soal deteksi corona cuma 10 detik dengan cara tarik napas. Publik pun mengecam aksi Angkie tersebut, mengingat statusnya sebagai Stafsus Presiden.
Angkie membagikan cara deteksi corona ke akun Instagramnya, @angkie.yudistia. Narasi di unggahan tersebut berbunyi “Di masa inkubasi, virus mungkin belum terdeteksi (ketika check-up). Tunggu sudah bersin-bersin atau batuk. Cek diri yang paling mudah seperti yang di Taiwan. Bangun pagi, tarik napas yang dalam, lalu tahan 10 detik. Kalau batuk, kemungkinan besar segera ada tindakan.”
Angkie juga mencantumkan sumber yang disebut memberikan cara deteksi corona tersebut. Salah satu pengguna media sosial yang mengecam tindakan Angkie adalah akun Twitter @mazzini_gsp.
“Mbak Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden, tolong hapus postingan HOAX lo di Instagram soal deteksi corona cuma 10 detik dengan cara tarik napas, nggak ada dasar penelitiannya ini,” tulisnya, Minggu (15/3/2020).
“Lo digaji puluhan juta sebulan, pakai duit rakyat, termasuk duit gue ada di situ! Jangan sebar hoax,” lanjutnya.
Angkie pun akhirnya menghapus postingan hoaks deteksi corona dengan cara tarik napas. Ia pun meminta maaf kepada publik.
“Postingan aku sebelumnya hapus ya, padahal dari siapanya pun udah saya cantumkan. Kalau masih ada yang marah, maaf ya dan next akan saya crosscheck lagi sebelum posting. Baikan laah kitaa,” ujarnya.
“Semakin panik, dan jangan pada caci maki ya. Namaste sekali lagi, always self hygiene. This too shall pass, Insya Allah,” tambahnya.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi merekrut tujuh Stafsus dari kalangan milenial pada 21 November 2019 di Istana Negara. Semua usia para Stafsus milenial itu berada di bawah 40 tahun.
Para Stafsus pilihan Jokowi adalah pendiri Ruangguru.com Adamas Belva Syah Devara (29); CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung (23); CEO Amarta, Andi Taufan Garuda Putra (32); Perumus Pergerakan Sabang Merauke, Ayu Kartika Dewi (36).
Selain itu ada pula pemuda asal Papua Gracia Billy Mambrasar (31); Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia (32); dan mantan Ketua Umum PMII Aminuddin Ma’ruf (33). Posisi tujuh anak muda ini menggeser beberapa “golongan tua” yang sebelumnya mengisi kursi Stafsus. (wip)
Sumber: Rmol.id, CNNIndonesia.com, Ayobandung.com