JAKARTA, (IslamToday ID) – Hingga kini belum ada tanda-tanda penyebaran virus corona berkurang. Malahan, jumlah pasien positif corona terus bertambah dan terakhir menjadi 172 orang.
Di tengah kekhawatiran masyarakat mengenai lonjakan kasus positif corona, muncul desakan agar tes corona dilakukan di semua daerah. Sehingga, seluruh masyarakat Indonesia bisa menjalani pemeriksaan corona untuk mencegah dini penularan.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan pihaknya sejak awal sudah mendorong pemerintah untuk melakukan pemeriksaan terkait corona dibuka lebih banyak. Ia mencontohkan Korea Selatan (Korsel) yang mampu menahan lonjakan kasus tanpa melakukan lockdown.
“Korea Selatan kenapa berhasil dan tidak melakukan lockdown, karena di awal sudah dilakukan rapid screening. Jadi dia bisa menemukan dengan cepat kasusnya, karena dari awal langsung rapid screening,” katanya, Selasa (17/3/2020).
Adib mengakui memang wilayah geografis Indonesia berbeda dengan Korsel. Namun setidaknya ada benang merah yang bisa diambil dari kasus Korsel itu, yakni pemeriksaan yang masif untuk melokalisasi penyebaran virus.
“Kalau ada tempat-tempat pemeriksaan didukung pemerintah pusat atau daerah, maka kita akan semakin cepat menemukan kasusnya. Kita juga akan cepat melokasilisirnya,” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra. Ia mendorong adanya desentralisasi pemeriksaan laboratorium di daerah.
“Kuncinya kalau kita belajar dari Korsel itu pemeriksaan laboratorium semakin orang banyak dites positif atau negatif, semakin cepat orang mendapatkan hasilnya,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh menilai semua orang perlu mengikuti tes corona. Pemeriksaan itu akan menentukan siapa-siapa saja orang yang terinfeksi virus asal China tersebut.
“Jadi yang selama ini yang selalu diembuskan kalau merasa tidak pernah kontak dengan orang dari luar negeri atau tidak pernah ke luar negeri, mereka tidak perlu tes. Tapi menurut saya sebenarnya seluruh masyarakat harus melakukan tes untuk memastikan dan untuk mendeteksi siapa yang sudah kena dan untuk delay mencegah penyebarannya. Cuma masalahnya tes kitnya siap atau nggak, laboratoriumnya siap atau nggak,” ujar Nihayatul.
Belajar Dari Korsel
Indonesia bisa belajar dari Korsel soal layanan tes virus corona. Selama ini, tes di Indonesia dilakukan di rumah sakit. Di Korsel, tes corona bisa dilakukan dengan cara drive-thru, seperti membeli makanan cepat saji.
Cara seperti itu mudah diakses dan meminimalisir interaksi yang berpotensi menularkan virus. Selain itu, tes corona dengan cara drive-thru bisa menjangkau lebih banyak orang. Kendaraan berhenti di tempat tes corona, pengemudi kendaraan membuka mulut, petugas melakukan swab test tanpa si pengemudi harus turun dari kendaraannya, selesai, kendaraan berlalu.
“Korsel mencengangkan banyak orang. Korsel bisa memeriksa sebanyak-banyaknya orang, sehingga mencegah penularan berikutnya dan menurunkan angka kematian. Luar biasa!” kata doktor epidemiologi lulusan University of California, Los Angeles, Pandu Riono, Rabu (18/3/2020).
Korsel memang sempat dihajar pagebluk corona. Hingga hari ini, ada 8.320 kasus positif corona di Korsel, 81 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Namun demikian, angka kasus baru positif virus corona di Korsel terus menurun, sehingga cukup menggembirakan.
Tercatat pada 12 Maret 2020, Korsel mencatat rekor angka terendah kasus baru dalam sehari. Kini, pasien sembuh juga mencapai 1.407 orang. Jumlah orang yang sembuh melebihi jumlah temuan kasus baru, yakni 177 pasien sembuh dibanding 110 kasus baru.
Tapi bagaimana di Indonesia? Sejauh ini sudah ada 172 kasus positif corona. Kasus baru masih terus bertambah, bahkan angka pertambahannya melonjak. Kemarin, ada 38 kasus positif corona baru. Sehari sebelumnya, angka lonjakannya adalah 17 kasus baru. Dua hari lalu, lonjakannya 27 kasus baru.
Pemerintah bahkan memprediksi akan ada penambahan kasus baru dengan jumlah yang signifikan seiring pelacakan kontak (contact tracing) yang dilakukan petugas medis.
“Yang harus kita lakukan sekarang adalah melakukang tes corona seluas-luasnya dan secepatnya. Sehingga, apabila kita tahu orang itu terinfeksi sejak awal, maka kita bisa sedini mungkin menyampaikan agar yang bersangkutan tidak menularkan ke orang lain. Yang terjadi sekarang di Indonesia, orang yang dites corona adalah orang yang sudah bergejala dan sudah menularkan ke orang lain di mana-mana. Kalau caranya seperti itu, angka kematian berisiko meningkat,” kata Pandu Riono, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI).
Ia memandang drive-thru tes corona ala Korsel sebagai cara yang inovatif. Cara itu bisa memungkinkan tes corona “seluas-luasnya dan secepatnya”. Korsel layak jadi panutan, soalnya negara itu sudah membuktikan keberhasilan menekan angka kematian akibat corona. Tingkat kematian akibat corona di Korsel sempat tercatat 0,7 persen, di bawah rata-rata dunia yakni 3,4 persen. Dunia Barat harus mengarahkan pandangannya ke negara di pojok timur benua Asia itu.
Apa Itu Drive-thru?
Mekanisme drive-thru tes corona di Korsel sebenarnya sederhana dan memudahkan warga. Mobil yang dibawa orang yang hendak tes mendekat ke tempat tes. Di lokasi tes, sudah ada petugas berbaju hazardous material (hazmat) yang siap melakukan swab test ke tenggorokan pengemudi. Pengemudi tak perlu turun dari mobil.
Bagian yang diperiksa mulai dari suhu tubuh, dan mengambil sampel dari tenggorokan dan saluran hidung menggunakan penyeka. Tes ini tidak lama, durasinya hanya hitungan menit.
Walikota Goyang (kawasan bagian utara Korsel) mengatakan tes drive-thru lebih aman dan lebih cepat untuk menguji virus ketimbang di rumah sakit atau klinik kesehatan. “Tidak ada kontak tatap muka,” kata Lee Jae-joon, Wali Kota Goyang.
“Jika Anda mengoperasikan tempat pengujian di dalam ruangan, ada kekhawatiran bahwa pasien yang dicurigai dapat saling menginfeksi di ruang tunggu,” tambahnya.
Ketika drive-thru dibuka pada 26 Februari 2020, layanan ini telah menguji sebanyak 384 orang dalam satu hari. “Banyak drive-thru di tempat-tempat seperti Starbucks ada di Korea Selatan,” kata Lee.
Berapa lama hasil tesnya keluar? Hasil tes bisa diketahui sehari setelah tes drive-thru itu. Di Indonesia, perlu tiga hari untuk mengetahui hasil tes. Di Korsel, hasil tes drive-thru itu dikirimkan lewat pesan teks ke pasien. Ada petugas yang bekerja 24 jam memproses spesimen dari tes-tes di Negeri Ginseng itu.
Ketua Yayasan Laboratorium Obat di Korsel, Profesor Gye Cheol Kwon menjelaskan, ada empat perusahaan yang mendapat izin pemerintah untuk membuat alat uji (test kit) di Korsel. Dengan demikian, Korsel kini punya kemampuan menguji 140.000 sampel setiap pekan. Bandingkan dengan Indonesia, negara besar ini sejauh ini memeriksa 1.255 orang dalam tes corona. Akurasi tes corona di Korsel sekitar 98 persen. (wip)
Sumber: Detik.com, BBCIndonesia.com, CNNIndonesia.com