JAKARTA (IslamToday ID) – Sejumlah Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di beberapa wilayah menyikapi dan menindaklanjuti Fatwa MUI No.14 tahun 2020, tertanggal 17 Maret 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam situasi terjadi Covid-19, salahsatunya seputar apakah hari Jum’at besok, masjid masih menyelenggarakan shalat Jum’at atau tidak? Atau menggantikannya dengan shalat Dzuhur?
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat misalnya, telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Protokol Pelaksanaan Shalat Jum’at /Berjamaah untuk mencegah penyebaran kondisi COVID-19 di masjid di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
Begini bunyi surat edaran tersebut: Sesuai dengan Fatwa MUl No 14 Tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi wabah Coronavirus Disease-19 (Covid-19). bahwa pelaksanaan Shalat Jum’at/Berjamaah harus memenuhi persyaraan sebaga berikut:
Pertama, shalat Jum’at dilaksanakan dengan jamaah yang homogen (tidak memelibatkan orang/jamaah di luar kelompoknya) dan diyaklni lingkungan masjid/jamaah tidak ada yang tersusped virus corona (Covid-19).
Kedua, masjid untuk pelaksanaan Shalat Jumat/Berjamaah harus diberslhkan terlebih dahulu dengan disinfectan.
Tiga, DKM/ Pengurus masjid menyediakan hand sanitizer dan pengukur suhu tubuh elektrik; Empat, setiap jama’ah yang akan melaksanakan Shalat Jumat/Berjamaah diharap membawa alas/sajadahmasing-masing.
Lima, jarak antara jamaah baik pada ceramah maupun sedang melaksanakan shalat adalah 1 (satu) meter. Enam, khutbah ceramah sesingkat mungkin, paling lama 15 menit.
Tujuh, Imam disarankan untuk membaca surat-surat pendek; Delapan, setiap jamaah tidak melakukan kontak langsung dengan sesama jamaah(bersalaman dan berpelukan).
Sembilan, setelah jamaah melaksanakan shalat Jum’at, semua jama’ah membubarkan diri. Demikian surat edaran atas nama Gubernur Jawa Barat, ditandatangani oleh Sekretaris Daerah Dr. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, ini disampaikan untuk menjadi pedoman dan petunjuk dalam pelaksanaan Sholat Jumat/Berjamaah.
Ikhtiar Masjid Jogokariyah
Ba’da Magrib kemari, Ustadz Muhammad Jazir, Ketua Dewan Syuro’ Masjid Jogokariyan naik ke atas mimbar untuk menyampaikan Maklumat takmir Masjid Jogokariyan terkait penyikapan wabah corona yang semakin mengkhawatirkan.
Seperti diceritakan Shahru Saifuddin (Salah Satu Jamaah Masjid Jogokariyan) di Yogyakarta, 17 Maret 2020 lalu, mengutarakan maklumat yang disampaikan Ketua Dewan Syuro’ Masjid Jogokariyan. Begini maklumatnya:
Masjid sampai saat ini sementara belum melakukan lockdown atau penganjuran shalat di rumah, salah satu pertimbangan kuatnya adalah soal ekonomi. Para pedagang sekitar masjid seperti angkringan, bakso, juice, dll mereka hanya mendapatkan penghasilan harian kalau buka jualan, bayangkan kalau ditutup pasti akan lebih kesulitan soal ekonomi, tidak hanya itu 24 supliyer makanan di angkringan pun juga akan berhenti.
Solialisasi tentang virus dan pencegahannya. masjid telah mendatangkan DR. Siswanto, SP.P (Dokter Spesialis Paru RSA UGM) agar masyarakat lebih paham dantahu cara mengantisipasinya.
Semua makanan di angkringan harus dilapisi/dibungkus plastik untuk menjaga dari berbagai virus yang menempel; Karpet dan titik-titik masjid dimana para jamaah sering berinteraksi, semuanya disemprot dengan disinfektan 5x sehari atau sebelum dilaksanakannya shalat jama’ah. Ini terus dilakukan sampai wabah mereda.
Selanjutnya, wastafel di beberapa titik sudut masjid, para jamaah diharapkan cuci tangan sebelum masuk masjid dengan sabun dan sanitizer; Wastafel juga ada di parkiran bus/kendaraan tamu di barat masjid, tamu dari luar diwajibkan mencuci tangan sebelum masuk ke area Masjid Jogokariyan.
Masjid sedang menyiapkan hand sanitizer untuk dibagikan kepada seluruh jamaah secara gratis. Yang tak kalah menarik, segelas minuman jamu empon-empon (jahe, temulawak, rempah lain) hangat bisa dinikmati setiap ba’da subuh, ini untuk menjaga imunitas para jama’ah agar tetap sehat.
Apabila dari pemerintah mengharuskan wilayah jogokariyan dan sekitar lockdown (semoga tidak terjadi) Masjid akan membuka dapur umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sedang mengisolasi di rumah masing-masing.
Ustadz Muhammad Jazir, Ketua Dewan Syuro’ Masjid Jogokariyan mengajak jamaah yang hadir untuk tidak panik dan senantiasa memohon pertolongan Allah SWT agar terhindar dari segala musibah/wabah yang menyebar. Para jamaah pun menjadi lebih tenang, ibadahpun menjadi lebih khusyu’. Walau kita tak pernah tau hasil, namun ikhtiar yang maksimal menjadi sebuah keharusan.
Sementara itu, di Jakarta DKM Masjid Raya Uswatun Hasanah, di Jl. Daan Mogot no.100, Jakarta Barat juga berikhtiar, dengan mengambil kebijakan, tetap melaksanakan Shalat Jum’at seperti biasa dan dengan langkah sanitasi sebagai berikut:
Ketua DKM, Nurhadi M.Musawir mewajibkan Jama’ah untuk cuci tangan sebelum wudhu; Dilakukan tes suhu dengan Termogun. Hanya jama’ah yang suhu tubuhnya normal ( di bawa 37,5 yang di perbolehkan masuk masjid, yang suhu diatasnya di mohon untuk berobat); Dilakukan penyemprotan desinfektan kepada seluruh Jama’ah sebelum masuk masjid.
Jama’ah di wajibkan cuci tangan dengan hand sanitizer (di siapkan); Jamaah dianjurkan minum Vitamin C (disiapkan); Jama’ah dimohon untuk membawa sajadah/kain sendiri sebagai alas sujud.
Masjid Raya Uswatun Hasanah telah disterilkan dengan desinfektan sehari 5 kali, 20-30 menit setelah selesai shalat berjamaah. Semoga Allah mengampuni dan memudahkan segala urusan kita semua.Aamin
Pesan untuk DKM
Kepala Health Promoting Unit Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D, juga mengingatkan para pengurus takmir dan jama’ah Masjid/Musholla, terkait antisipasi penyebaran Virus Corona melalui fasilitas ibadah, setidaknya ada beberapa hal yang harus dilakukan:
Perbanyak doa munajat untuk mohon perlindungan dari Allah Swt; Selenggarakan prosesi ibadah seperti biasa (selenggarakan Sholat Fardlu berjama’ah seperti biasa); Sediakan hand sanitizer di pintu keluar masjid. Sediakan sabun di tempat wudlu agar jama’ah bisa mencuci tangan dengan air dan sabun.
Pengurus Takmir Masjid dan jama’ah yang sedang sakit untuk sementara waktu dimohon untuk tidak ke masjid/musholla dahulu; Saat ibadah sholat, jama’ah dimohon membawa alas shalat (sajadah, surban, atau sapu tangan lebar) sendiri.
Untuk sementara waktu, hindari berjabat tangan. Jika harus berjabat tangan, segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer. Alternatif lain, bisa berjabat tangan ala orang Sunda atau atlit pencak silat (dengan mengatupkan kedua tangan di depan wajah kita).
Kegiatan pengumpulan masa (pengajian, dll.) bisa ditunda untuk sementara waktu; Apabila batuk atau bersin, tutupi dengan tissue. Buang tissue di tempat sampah. Jika tidak membawa tissue, gunakan lipatan siku, jangan menggunakan telapak tangan. Sangat bagus kalau karpet masjid tidak dipakai dulu. Ini hanya sementara. Setelah kondisi membaik bisa kita gelar lagi. (des)