JAKARTA, (IslamToday ID) – Jakarta Selatan menjadi wilayah pertama yang menjalani tes cepat (rapid test) virus corona. Penetapan ini berdasarkan kontak penelusuran yang sudah dilakukan terhadap pasien positif corona sebelumnya.
Rapid test dilakukan dengan memprioritaskan wilayah yang terindikasi paling rawan penyebaran virus corona. Seperti diketahui, pertama kali Indonesia menemukan kasus 01 dan 02 yang positif corona adalah di wilayah Kemang, Jakarta Selatan, di sebuah restoran tempat pasien berdansa sebelumnya. Tes corona dilakukan oleh tim medis dengan mendatangi rumah-rumah warga.
“Rapid test sudah dilakukan (Jumat) sore hari di wilayah yang dulu sudah diketahui ada kontak tracking dari pasien-pasien positif. Sehingga dari situlah didatangi dari rumah ke rumah untuk dites,” kata Presiden Jokowi, Jumat (20/3/2020).
“Jadi memang ada prioritas. Dan kita memprioritaskan wilayah yang menurut hasil pemetaan menunjukkan indikasi yang paling rawan. Di Jakarta Selatan,” tambah Jokowi.
Salah satu kelebihan dari rapid test adalah bahwa tes tidak membutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada bio security level 2. Artinya tes corona ini bisa dilaksanakan hampir di semua laboratorium kesehatan di rumah sakit seluruh Indonesia.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah tidak menargetkan semua daerah akan dilakukan rapid test. Pemeriksaan rapid test hanya dilakukan berdasarkan data tracking pasien positif corona. Sehingga prioritasnya adalah orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien positif.
“Prioritasnya bukan Jakarta, prioritasnya adalah pasien, kalau pasiennya banyak di Jakarta Selatan ya berarti di Jakarta Selatan. Tapi kan ada juga yang pasien yang tinggal di luar Jakarta, misalnya pasien ada di Solo, di Madiun, jadi bukan daerah ya, orientasinya pada orang yang sakit,” jelas Yuri.
Ia mengatakan, rapid test tidak dilakukan secara merata. Pemerintah pun sudah menghitung populasi jumlah risiko yang akan dilakukan pemeriksaan.
“Ya enggaklah, ini kan bukan kemudian diratakan semua, enggak. Tapi kan kita sudah ngitung bahwa populasi at risk jumlah orang yang berisiko di Indonesia itu kan antara 600.000-700.000. Ada hitung-hitungannya dilihat dari penyakit, paparan daerah. Nah, artinya kalau orang itu tinggalnya di salah satu Pulau Seribu yang nggak pernah ke mana-mana, ya nggak usah diperiksa,” tuturnya.
Tracking Contact
Pemprov DKI Jakarta sendiri mendapatkan jatah rapid test sebanyak 520 pcs. “Kami mendapatkan 520 pcs untuk kegiatan surveillance tracking contact ke lapangan,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti.
Ia menjelaskan jumlah tersebut sesuai dengan wilayah di Jakarta Selatan yang harus dilakukan tracking contact dari pasien positif corona.
“Sesuai jumlah yang kami terima, kami sesuaikan dengan wilayah yang kebetulan harus kami lakukan tracking contact. Jadi ini bukan sebagai penegakan diagnosis. Tapi sebagai kegiatan surveillance tracking contact dari pasien positif,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan uji coba rapid test dilaksanakan bersama Kementerian Kesehatan. Kegiatan tersebut bersamaan dengan kegiatan surveillance atau pengawasan di masyarakat.
“Tadi siang kami dari Dinkes berkoordinasi dengan Kemenkes, kami melakukan sesuai protokol Kemenkes. Rapid test adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersamaan dengan surveillance,” ungkap Widyastuti.
Pemprov DKI sendiri telah mendata sebaran kasus positif corona sampai tingkat kelurahan. Dengan begitu, bisa diketahui kelurahan mana saja dan berapa banyak kasus yang terjadi.
Berdasarkan data sampai Jumat (20/3/2020) pukul 18.00 WIB terdapat 224 kasus positif corona di wilayah ibukota. Meski demikian, hanya 161 kasus positif yang diketahui titik kelurahannya.
Kasus positif paling banyak terdapat di Jakarta Selatan dengan total 60 kasus. Lalu, disusul Jakarta Barat dengan 43 kasus, Jakarta Timur 27 kasus, Jakarta Pusat 16 kasus, dan Jakarta Utara 15 kasus.
Sebaiknya Merata
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamboet) menyatakan rapid test sebaiknya dilakukan merata di semua wilayah. Hal itu karena besarnya aktivitas warga luar DKI Jakarta, khususnya dari kawasan Bodetabek yang sehari-hari bekerja ke Jakarta menggunakan commuter line (KRL) maupun bus yang notabene tak didisinfektan.
“Sebagai pimpinan MPR, saya berharap rapid test Covid-19 juga dilakukan ke seluruh wilayah DKI Jakarta dan wilayah-wilayah lainnya yang rentan wabah corona. Maka warganya juga harus segera di-rapid test. Saya percaya pemerintah bisa bergerak cepat, karena kita berkejaran dengan waktu, di mana nyawa menjadi taruhannya,” katanya.
Bamsoet mengingatkan, untuk melakukan rapid test tidak perlu membuat kegiatan yang memancing kerumunan warga. Pemerintah melalui tenaga medis bisa mendatangi langsung rumah-rumah warga dengan metode door to door, sehingga tak menimbulkan masalah baru.
“Diusahakan rapid test tidak dipusatkan di satu tempat dan tidak memancing kerumunan massa, sehingga menghindari bercampurnya orang yang telah terpapar virus Covid-19 dengan yang masih sehat. Sebab, orang yang terlihat sehat pun sebenarnya bisa berperan sebagai carrier Covid-19 dan bisa menularkan virus tersebut ke orang lain,” ujarnya.
Mantan Ketua DPR ini mencontohkan kejadian di Korea Selatan, karena satu orang yang beraktivitas di rumah ibadah menyebabkan 46 orang terkena Covid-19. Keberhasilan Korea Selatan melawan Covid-19 tanpa lockdown juga patut ditiru. Kuncinya ada pada tes massal yang gratis, keterbukaan informasi, serta tidak ada kegiatan pemerintahan maupun keagamaan yang memancing kerumunan. (wip)
Sumber: Detik.com, Inews.id, Rmol.id, Republika.co.id