“Kalo saya lihat jamu Indonesia masuk anginnya banyak, kenapa harus pake ini (impor)”
-Inggrid Tania-
IslamToday ID – Setelah Presiden Jokowi minta bantuan ventilator ke Presiden Amerika, kali ini giliran satgas lawan covid-19 DPR RI mengimpor jamu dari China. Ironisnya, yang diimpor adalah jamu masuk angin.
Alasannya, jamu Herbal Vit-19 yang diimpor itu diklaim teruji bisa menyembuhkan salah satu pimpinan DPR bersama enam anggota keluarganya yang terpapar Corona.
Ada 15 kandungan dalam jamu herbal vit-19, Sebanyak 13 bahan dari lokal dan 2 harus diimpor dari China. Bahan-bahan tersebut diracik di dalam negeri oleh dokter TCM yang mengantongi izin dari Kementerian Kesehatan.
“Ini adalah aksi spontan tanpa menggunakan APBN dan meringankan beban bukan untuk mengganggu industri lokal,” ujar Anggota Komisi IV DPR Andre Rosiade
Ternyata Jamu Masuk Angin
Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengungkapkan, jamu impor yang didonasikan ke RS rujukan covid-19 itu ternyata jamu untuk mengobati gejala masuk angin. Misalnya mengobati keluhan meriang, kembung, dan lainnya. Fakta ini terungkap setelah ia mengkaji berbagai jurnal dari China.
“Kalo saya lihat jamu Indonesia masuk anginnya banyak, kenapa harus pake ini (jamu impor),” ujar Inggrid.
Meskipun tidak dikomersilkan, impor jamu tersebut menyinggung produsen jamu dalam negeri. Sebab, formula yang sama dapat dibuat di Indonesia. Selain itu, impor jamu dari china tersebut tanpa kordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Saya keberatan dengan hal ini karena Indonesia pun bisa membuat formula yang terkandung di dalam jamu impor tersebut,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu, Dwi Ranny Pertiwi Senin (27/4/2020).
Potensi Jamu
Pandemi Covid-19 ternyata turut mempengaruhi kebiasaan masyarakat. Selain mengenakan masker saat keluar rumah, masyarakat juga menjadi gemar minum jamu, atau minuman herbal untuk menigkatkan daya imun.
Plt Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, Sukarman mengatakan, secara global lahan tanaman obat di Indonesia tercatat 27.539 hektare dengan total produksi 640.727 ton. Selama masa pandemi prospek tanaman obat merangkak naik.
Keputusan impor tersebut jelas bertolak belakang dengan potensi tanaman obat di Indonesia. Peluang ekspor aneka produk herbal Indonesia cukup tinggi. Data BPS 2019 menyebutkan nilai ekspor tanaman obat sebesar 16.628 ton dengan nilai penjualan 31.917.498 juta dolar AS.
Gabungan Pengusaha Jamu mencatat produksi jamu Indonesia dari pabrik-pabrik jamu besar, sudah di ekspor ke negara-negara ASEAN dan Afrika. Bahkan beberapa sudah masuk ke pasar Eropa dan Rusia. Sedangkan pabrik-pabrik jamu menengah hanya bisa ekspor ke Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam.
Hingga saat ini, terdapat 1.247 industri jamu yang terdiri dari 129 industri obat tradisional. Selebihnya termasuk golongan usaha menengah obat tradisional dan usaha kecil obat tradisional. Bahkan pemerintah pernah berjanji untuk meningkatkan nilai ekspor obat tradisional untuk menarik devisa dan memperkuat ekonomi dalam negeri.
Penulis Arief Setiyanto