“Berkali-kali saya katakan, menjalankan instruksi, bukan mengimbau. Ini kan pemerintah Republik Indonesia bukan pengimbau Republik Indonesia. Tegas dan disiplin, di samping kita harus pencegahan,” [Jusuf Kalla]
IslamToday ID — Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengkritik pemerintah terkait penanganan covid-19. Menurutnya, penanganan covid-19 lambat. JK khawatir hal penanganan yang lambat akan memicu krisis.
Seperti dilansir dari CNN Indonesia, JK menilai pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak efektif dan tidak berdampak luas. Selain itu, penerapan PSBB tidak dibarengi dengan adanya sanksi dan tindakan tegas bagi pelanggar.
JK juga menilai tidak kurangnya koordinasi dalam penanganan covid-19. Selain itu, muncul aturan yang berbelit-belit bahkan tidak jelas.
“Secara aturan dan perintah, aturannya juga masih simpang siur, kadang-kadang jadi tidak jelas, harus terkoordinasi lagi,” ujarnya.
Lanjutnya, waktu penanganan COVID-19 ini sebenarnya terbatas. Pemerintah idealnya berpacu dengan waktu. Namun, tampaknya meskipun ada satgas dan gugus tugas penanganan COVID-19 terlihat tidak mudah untuk menangani. Di sisi lain, laboratorium, sumberdaya, rumah sakit, APD kurang, obat-obat kurang.
Manurutnya, saat ini perekonomian tidak berjalan karena orang tinggal di rumah. Seharusnya pemerintah baik pusat dan daerah setidak-tidaknya harus memberikan bantuan pangan kepada masyarakat tidak mampu.
“Seperti BLT (bantuan langsung tunai) dan harus dijalankan. Ketika terlambat maka ratusan orang meninggal,” imbuhnya.
Lebih Buruk Dari Krisis 1998
Menurut JK, Indonesia bukan negara ‘miskin-miskin amat’. Sebagai Anggota G-20, Indonesia tentu memiliki cadangan dan kalau mau minjam bisa mencari pinjaman. Jika penanganan dampak ini tidak dilakukan segera maka efeknya akan menyebar ke mana-mana.
JK menambahkan, dampak pandemik COVID-19 ini akan menyebabkan krisis ekonomi dan sosial. Terjadi banyak pengangguran dan kemiskinan. Produktivitas menurun. PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pasti turun ke angka 0,5 persen bahkan minus.
“Ini bisa lebih buruk dari ’98,” katanya
Untuk mengurangi resiko yang lebih parah menurutnya Disiplin dan ketegasan menjadi kunci keberhasilan penanganan covid-19. Bukan, aturan yang berbelit belit dan tidak jelas, apa lagi hanya himbauan-himbauan saja.
“Berkali-kali saya katakan, menjalankan instruksi, bukan mengimbau. Ini kan pemerintah Republik Indonesia bukan pengimbau Republik Indonesia. Tegas dan disiplin, di samping kita harus pencegahan,” ujarnya
Penulis: Arief Setiyanto