IslamToday ID — Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya blak-blakan perihal ‘kemesraan’ Indonesia dengan China. Kerjasama Indonesia dengan China diyakini bisa membantu menyelamatkan perekonomian Indonesia.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah memasuki masa-masa menyedihkan akibat dampak covid-19. Realisasi angka pertumbuhan ekonomi di kuartal-I 2020 sudah mendekati sekenario terburuk. Sebelumnya, pemerintah menghitung ekonomi nasional berada di angka 4,5-4,9% pada kuartal I-2020 dan 2,3% di akhir tahun ini.
Luhut memberikan sinyal bahwa China menjadi harapan untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia. Menurutnya, China memiliki pengaruh besar dalam perekonomian global. Oleh karena itu, China tidak boleh diabaikan. Selain itu, terbuka peluang kerjasama yang lebar dengan China. Terlebih Indonesia adalah negara yang menganut bebas aktif, sehingga bisa bekerja sama dengan negara manapun.
“Supaya anak muda tahu, ekonomi Tiongkok ini hampir 18 persen berpengaruh ke ekonomi global. Amerika kira-kira 25 persen. Jadi suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apapun, Tiongkok ini merupakan kekuatan dunia yang tidak bisa diabaikan,” kata Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat (5/6/2020) seperti dilansir CNBC Indonesia.
Luhut mengatakan, ada 7 sektor industri unggulan yang ditargetkan memberikan sumbangsih hingga 69% terhadap ekonomi domestik. Sektor tersebut adalah industri pertanian, industri pengolahan, industri perdagangan besar maupun eceran, industri reparasi mobil atau motor, jasa konstruksi, industri transportasi, dan industri pertambangan.
Pelayanan ‘Prima’ Luhut, Investasi Beijing Melesat
Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat bahwa China adalah salah satu negara yang menjadi penyumbang investasi terbesar di Indonesia. Pada periode Triwulan IV tahun 2019, negara tersebut juga menjadi negara asal investasi terbesar. Realisasi investasi China ke Indonesia pada 2019 melesat. Realisasi investasi China ke Indonesia pada 2019 melesat.
China melipatgandakan nilai investasinya menjadi 4,7 miliar dollar AS atau setara Rp 65,8 triliun sepanjang 2019. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan realisasi investasi pada China di Indonesia pada 2018 lalu sebesar 2,4 miliar dollar AS atau setara Rp 33,6 triliun.
Selain itu, China juga banyak mendanai proyek infrastruktur di Indonesia. Beberapa diantaranya, adalah Proyek kereta cepat Jakarta-bandung. Poyek ini ditandatangani pada 4 April 2017 oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Meliputi kerjasama Engineering, Procurement and Construction (EPC).
Nilai kontrak EPC yang ditandatangani mencapai US$ 4,7 miliar. Direktur Utama PT KCIC saat itu, mengatakan, kontrak EPC tersebut merupakan salah satu persyaratan untuk mencairkan pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Investasi lainnya adalah Kawasan Industri Morowali. China tercatat berinvestasi di Indonesia senilai US$ 1,63 miliar, untuk membangun kawasan industri di sana. Selain itu, China punya nilai investasi sebesar 2,3 miliar dolar Amerika dalam proyek pembangunan ibu kota baru.
Selanjutnya, persiapan pembangunan Bendungan Pelosika di Sulawesi Tenggara juga dengan dana hibah dari Pemerintah Tiongkok sebesar 28,19 juta RMB Yuan atau senilai Rp 56,1 miliar. Bendungan Pelosika direncanakan memiliki volume sebesar 822,56 juta meter kubik dan dapat mensuplai air baku sebesar 0,8 meter kubik per detik. Bendungan ini berfungsi untuk mengairi area irigasi seluas 22 ribu hektare (ha), menyalakan pembangkit listrik tenaga air sebesar 20 megawatt, dan mengurangi risiko banjir di Sulawesi Tenggara.
Namun demikian, investasi dan hibah tersebut tidak gratis. Pembangunan kawasan ini akan dibarengi lahirnya banyak smelter nikel?, kemudian muncul kekhawatiran jika sekitar 30 lebih smelter nikel akan didominasi oleh China.
Faktanya, fasilitas pengolahan atau smelter nikel di Indonesia selama ini telah didominasi oleh investasi dari China. Selama ini ada empat perusahaan smelter besar pemilik IUI di Indonesia,yakni PT Sulawesi Mining Investment, PT Virtue Dragon Nickel Industry, PT Huadi Nickel Aloy, dan PT Harita Nickel. Keempat smelter IUI tersebut seluruhnya merupakan investasi China.
Dominasi perusahaan China dalam industri pertambangan nikel semakin terlihat setelah Menteri Maritim dan Investasi (Marinvest), Luhut Binsar Panjaitan meresmikan kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah pada 11 Januari 2019. Tidak heran jika Menko Marves Luhut memberikan ‘pelayanan prima dengan getol ‘membela’ rencana Kedatangan 500 TKA asal china ke Sulawesi Tenggara. Tampaknya, Luhut berperan menjaga ‘keharmonisan’ hubungan Jakarta dengan Beijing.
Penulis: Arief Setiyanto
Redaktur: Tori Nuariza