IslamToday ID –Tantangan Luhut Binsar Pandjaitan untuk berdebat soal utang negara akhirnya gayung bersambut. Tantangan itu diterima Mantan Menko Maritim Rizal Ramli. Taruhannya, tak main-main. Jika kalah, Luhut cs diminta mundur dari kabinet Jokowi.
Rizal Ramli tampaknya cukup percaya diri. Ia bahkan meminta Luhut berduet dengan Menkeu Sri Mulyani saat menghadapinya nanti
Tantangan ini terlontar karena Luhut ‘gerah’ atas banyaknya pihak yang menkritik jika pemerintah yang terus menambah utang negara. Dengan hutang yang membengkak, pemerintah masih menambah utang negara khususnya ketika Indonesia yang tengah dilandai pandemi Covid-19.
“Jadi kalau ada yang mengkritik kita, kita juga pengin ketemu. Jadi jangan media sosial aja,” tegas Luhut saat menghdiri webinar 2 Juni 2020 lalu.
Panas mendengar kritikan tajam yang bersliweran, Luhut menantang para pengkritiknya. Salah satunya Mantan Menko Maritim Rizal Ramli. Akhirnya Jaringan Pro Demokrasi (ProDem) yang menjadi penengah di antara dua kubu itu mendapatkan jawaban Rizal Ramli. Ekonom senior itu bersedia meladeni tantangan Luhut. Rizal Ramilitelah menentukan tanggal debat yakni 24 Juni 2020.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi Adhie Massardi mengungkapkan, mulanya Rizal tidak bergairah untuk meladeni tantangan Luhut. Namun, lantaran Jaringan Pro Demokrasi (ProDem) selaku mediator debat turut ‘menyodorkan’ nama Sri Mulyani, akhirnya Rizal Ramli menyambut tantangan itu.
“Bang Rizal ini akhirnya bersedia menjawab tantangan Luhut Pandjaitan. Bang Rizal cukup sendirian,” ujar Ardhie
Lanjut Ardhi, bagi Rizal Ramli debat ini bukan urusan personal. Rizal berharap dengan menyaksikan debat ini, masyarakat diharap dapat menilai dengan adil, benarkah kebijakan sungguh-sungguh memperhitungkan kepentingan rakyat atau tidak?
Selain itu, akan lahir tradisi, dan pemahaman bersama bahwa bahwa setiap kebijakan pemerintah mempertaruhkan nasib rakyat dan nasib pembuat kebijakannya.
Oleh karena itu, ia mengajukan syarat. Jika Luhut cs kalah dalam debat, mereka harus mundur dari jabatannya sebagai menteri. Sebaliknya jika Rizal Ramli kalah ia akan berhenti menkritik pemerintah.
Sebab, ada kekhawatira, jika menteri yang kalah debat akan kembali membuat kebijakan yang ngawur jika tetap menjabat. .
“Jadi pembuat kebijakan kalau membuat kebijakan tidak benar, konsekuensinya dia harus mundur,” pungkas Adhie.
Jaringan Aktivis ProDem menjadi mediator dalam debat ini. ProDem mencari lawan yang patut untuk disandingkan dengan Luhut. Prodem menilai sosok paling paling tepat untuk menghadapi dan menjawab tantangan itu adalah Rizal Ramli.
Perwakilan ProDem, Adamsyah Wahab, mengatakan, debat rencananya berlangsung dua pekan lagi, Rabu (24/6). Sementara untuk tempat, diserahkan kepada Luhut.
“Nanti ProDem akan menyurati beliau,” tutur Adamsyah.
Sinyal Pihak Luhut
Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi mengatakan, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membuka diri untuk berdiskusi bahkan debat ilmiah bersama pakar ekonomi. Namun, ia enggan menggunakan mediator.
Terkait jawaban Rizal Ramli atas tantangan Luhut, Jodi berdalih kalau Luhut memang tidak menyebut nama lawan debatnya. Menurutnya, tawaran Luhut yang ialah mengundang sejumlah pihak untuk berdebat secara ilmiah.
“Enggak nyebut nama waktu itu dan waktu itu kemudian ada tanggapan dari dosen Universitas Indonesia (UI) Djamester Simarmata,” kata Jodi, Kamis (11/6/2020).
Lanjut Jodi, Djamester mengirim email ke kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi untuk menyampaikan teorinya. Akhirnya diskusi dijadwalkan.
“ya kita welcome, tim ekonomi Pak Luhut, oke, nih menarik kita diskusi secara ilmiah,” imbuh Jodi
Jodi pihaknya telah mengundang Rizal untuk berdebat secara ilmiah pada Kamis, (11/6/2020) Tapi pihak Rizal justru ingin melakukan debat pada 24 Juni nanti dan sudah menunjuk mediator untuk sesi debatnya.
“Ya mereka mengajukan kita enggak menunjuk promotor, ngapain menunjuk promotor, emang mau tinju?” ucapnya.
Terkait syarat mundur yang di sodorkan Rizal Ramli, Jodi menegaskan bahwa debat yang dilontarkan Luhut bukan untuk mencari panggung. Ia tidak ingin debar hanya menjadi ajang saling menjatuhkan.
“Kita di sini bukan untuk nyari panggung kok. Kita untuk mencari solusi negara kita sudah mulai harus berpikir mencari solusi ke depan jangan cuma debat-debat doang tujuannya untuk menjatuhkan salah satu pihak,” pungkasnya.