IslamToday ID — Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) memperkirakan nilai potensi qurban tahun ini sekitar Rp 21 triliun, dengan sekitar 2,3 juta orang yang beribadah qurban.
Direktur IDEAS, Yusuf Wibisono menyampaikan pandemi tahun ini membuat gambaran ekonomi qurban lebih konservatif.
“Sayangnya memang tidak ada data aktual yang bisa dijadikan rujukan, namun dengan tahun lalu kondisi ekonomi masih normal, qurban tahun ini dilihat menurun,” jelasnya, Ahad (2/8).
Penurunannya diperkirakan konservatif, karena tertutup dua faktor. Seperti tingginya ketaatan terhadap qurban dan tingginya semangat filantropi di masa krisis, serta tidak adanya haji tahun ini.
Perlu diketahui, potensi ekonomi qurban tahun 2019 diproyeksikan mencapai Rp 28,4 triliun.
Tahun ini ada potensi kenaikan qurban dari sekitar 200 ribu jamaah haji yang tidak jadi berangkat ke tanah suci. Namun di saat yang sama ada potensi penurunan dari banyaknya kelas menengah Muslim yang terpuruk akibat krisis di masa pandemi.
“Secara keseluruhan, dampak pandemi kami perkirakan lebih dominan, sehingga qurban tahun ini kami proyeksikan konservatif,” tukas Yusuf, dilansir dari Republika.
IDEAS juga berpandangan, qurban tahun ini istimewa karena terjadi di masa pandemi. Antusiasme secara umum tidak menurun meski banyak keluarga kelas menengah Muslim terpukul krisis. Pelaksanaan qurban dengan protokol Covid-19 juga tidak mudah, namun terlihat cukup dipatuhi.
Qurban Digital
Ia melihat berbagai inovasi muncul untuk memudahkan pelaksanaan qurban di masa pandemi COVID-19 ini.
Salah satu hal yang menarik adalah qurban daring atau qurban digital yang banyak dilakukan Lembaga Amil Zakat (LAZ), dimana seluruh proses berqurban dilakukan secara online.
Qurban digital dimulai dari pembayaran, pemilihan hewan qurban, hingga pelaporan pelaksanaan qurban yang dilakukan dengan cara daring.
Dengan ini, interaksi dan kerumunan dapat dihindari sehingga sangat sesuai dengan protokol Covid-19.[IZ]