IslamToday ID – Tingkat kematian tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia akibat covid-19 dinilai tertinggi di Asia Tenggara. Bahkan kasus kematian nakes di Indonesia menjadi yang terburuk di dunia.
Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dedi Supratman menuturkan, Rusia menjadi negara dengan total kasus kematian nakes akibat covid-19 mencapai 4,7 persen. Sementara itu tingkat kematian nakes di Indonesia mencapai 2,4 persen.
Secara prosentase, kematian nakes di Indonesia memang tidak sebanyak nakes di Rusia. Namun jika memperhatikan rasio nakes per seribu populasi, maka tingkat kematian nakes di Indonesia sangat tinggi. Sebab, jumlah nakes di Indonesia tidak sebanyak di Rusia.
Selain itu, berdasarkan Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena covid-19 yang dibuat oleh tim Pandemic Talks, Indonesia mendapatkan nilai 223. Artinya, pandemic covid-19 di Indonesia memiliki dampak kematian nakes terburuk di dunia.
“sehingga kalau di indeksnya kita paling tinggi yang artinya, cukup mengkhawatirkan angka kematian terhadap tenaga medis/kesehatan,” jelas Dedi dalam diskusi Meninjau Transisi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, seperti dilansir Media Indonesia, Ahad (2/8/2020)
Dedi menambahkan, kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian nakes tertinggi di Asia Tenggara dan dunia.
Sementara itu, dari pantauann Amnesty Internasional hingga 13 Juli 2020, Indonesia termasuk dalam 63 negara dengan perlindungan paling buruk terhadap tenaga kesehatan selama pandemic covid-19, Di Indonesia , Amnesty mencatat setidaknya 89 tenaga kesehatan meninggal dunia akibat Covid-19 . Jumlah tersebut terdiri dari 60 dokter,6 dokter gigi dan23 perawat. Sedangkan, jumlah infeksi pada tenaga kesehatan berdasarkan pengawasan oleh Amnesty International hingga 12 Juni 2020 telah mencapai sebanyak 878 kasus.
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, berpendapat tingginya angka kematian tenaga kesehatan akibat covvid-19 menandakan bahwa penerapan protokol kesehatan di RS kurang maksimal. Menurutnya, nakes harus protocol kesehatan secara ketat. Sebab menurutnya, Rumah Sakit merupakan tempat paling rawan dalam penularan covid-19.
“Kalau nakes tertular, perlindungan diri yang digunakan, tidak hanya saat memakai APD, tapi mulai memakai hingga melepas, mungkin belum betul-betul terjaga. Ini yang harus betul-betul dilaksanakan dengan baik oleh nakes,” ujar Wiku
Sementara itu, Abdul Kadir, Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menyatakan, rumah sakit bukan menjadi satu-satunya tempat nakes tertular covid-19. Menurutnya, banyak nakes yang justru tertular covid-19 di luar RS. Sebab, ada sejumlah nakes yang meninggal bukan bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan. Ia menduga nakes yang meninggal tertular di tempat umum atau dalam perjalanan pulang, sebab mereka menangani pasien,
“Di antara nakes yang meninggal itu, tidak semuanya bekerja di fasyankes, cuma kebetulan saja mereka berprofesi sebagai nakes. Selain itu, dokter yang menderita covid-19 tidak sebagai nakes yang merawat pasien, tetapi tertular di tempat umum atau pada saat pulang dari pertemuan dan mereka tidak bekerja melayani pasien,” tuturnya
Tim Pencegahan
Infeksi covid-19 di kalangan tenaga kesehatan hingga menelan korban jiwa menjadi perhatian Ikatan Dokter Indonesia. Kini, IDI membentuk tim pencagahan dan mitigasi untuk meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kesehatan. Langkah awal dilakukan dengan pembenahan data penularan covid-19 dilakangan para tenaga kesehatan.
“Fokus kita ialah membenahi data-data nakes yang terpapar corona. seperti apa perawatannya, yang meninggal itu di daerah mana saja. Kemudian di lengkapi data-data terkait resiko dan sebab meninggalnya,” ujar Humas IDI, Abdul Halik, Ahad (2/8/2020)
Pandu Riono, epidemolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya tingkat infeksi dan kasus nakes meninggal akibat covid-19 di Indonesia. Pertama, ketidaksiapan rumah sakit atau dokter di daerah dengan tingkat penularannya tinggi.
“Kita perlu lihat, di kota mana saja kematian itu terjadi? Lalu kita lihat adakah kluster di rumah sakit-rumah sakit tertentu? Jadi kita tidak melihat jumlahnya, kita melihat kualitas layanan rumah sakitnya,” ujarnya, Sabtu (1/8) dikutip dari Media Indonesia
Kedua, sikap kurang hati-hati dari para tenaga medis. Menurut Pandu hal ini juga menjadi pintu penularan covid-19. Menurutrnya, tenaga medis tetap berhati-hati karena siapapun bias menjadi pembawa virus.
“Dan jangan merasa kalau (pasien) sudah dites rapid test negatif kemudian aman,” imbunya
Ketiga, menurutnya tidak menutup kemungkinan para tenaga kesehatan terinfeksi covid-19 di luar lingkungan rumah sakit. Tapi menurut Pandu, belum ada analisis lebih lanjut terkait sejumlah factor yang disebutkannya itu. Menurutnya, hasil analisis terhadap sejumlah factor tersebut sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan.
Penulis: Arief Setiyanto