IslamToday ID – KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym meminta influenmcer berhati-hati dalam menyampaikan informasi. Informasi yang disampaikan tanpa kapasitas dan kemampuan yang mumpuni dapat membahayakan masyarakat.
Oleh karena itu Aa Gym menghimbau influencer mengkonfirmasi kebenaran informasi yang hendak disampaikan kepada public. Sebab, informasi yang belum terkonfirmasi kebenarannya dapat menjadi bencana bagi masyarakat.
“Akibatnya masyarakat bisa mendapat sikap, pemahaman yang salah, yang akhirnya jadi bencana bagi masyarakat itu sendiri. Sudah saatnya semua orang sangat berhati-hati dan memberikan informasi yang benar, akurat, dan lengkap,” kata Aa Gym Rabu (5/8/2020) dikutip dari Republika.co.id
Lanjut Aa Gym, informasi menyesatkan soal covid-19 juga sangat berbahaya. Sebab, masyarakat mesti melawan dua ancaman sekaligus. Yakni, Covid-19 dan informasi yang menyesatkan.
“yang paling berbahaya adalah orang-orang yang menyampaikan informasi yang salah menyebabkan masyarakat memiliki pemahaman dan sikap yang salah,” tegasnya
Pengasuh Ponpes Darut Tauhid Bandung itu mengajak masyarakat mengeratkan persatuan. Menurutnya, penanganan pandemi covid-19 membutuhkan tanggungjawab dari semua pihak.
“Kita memerlukan kebersamaan, dan tanggung jawab dari semua pihak dalam menyikapi wabah berbahaya ini,” pungkasnya Aa Gym.
Tertibkan
Ustadz Abdul Somad (UAS) mengingatkan bahwa Indonesia ialah negara hukum. Hukum di Indonesia mengatur tata hidup dalam masyarakat, termasuk melarang provokasi dan menyebar berita bohong. Oleh karena itu menurut UAS, siapapun yang mengutarakan pernyataan berbahaya di Indonesia sudah seharusnya ditertibkan.
“Negara kita adalah negara hukum. Siapa pun yang mengeluarkan pernyataan yang membahayakan masyarakat umum, maka mesti ditertibkan. Negara mesti hadir saat diperlukan,” kata UAS
Lanjut UAS, bahaya yang ia maksud ialah berbicara di depan umum tanpa kemampuan yang mumpuni. Oleh karena itu seharsnya public figure menyadari bahwa ucapan dan gaya hidupnya menjadi acuan masyrakat. Maka dari itu hendaknya tidak menyampaikan sesuatu yang bukan kapasistasnya.
“Karena ucapannya, lifestyle-nya menjadi acuan masyarakat umum. Musibah semakin parah ketika pernyataan figur publik ini menjadi dasar menetapkan kebenaran. Padahal, mereka tidak punya kapasitas keilmuan, etika, dan latar belakang yang abu-abu,” ujar UAS.
UAS mengatakan, kondisi saat ini sangat memprihatinkan. Public figure bukan lagi tokoh adar, alim ulama dan intelektual. Kini bermunculan pblik figure yang melejit dengan modal viral.
“Siapa pun yang viral, maka akan difigurpublikkan. Ini musibah,” tegas UAS.
UAS menmbahkan, dalam tradisi ranah Minangkabau ada yang disebut istilah tigo tungku sajarangan; tiga tumpuk batu yang dijadikan sebagai alas saat memasak. Tiga tungku inilah yang menahan panasnya api dan beratnya beban.
Dalam konteks kehidupan, tiga tungku itu terdiri atas Penghulu (ninik-mamak/pemerintah/tokoh adat), Alim ulama, dan cadiak pandai (intelektual). Mereka memilki kapasitas dan kopetensi atas ucapan dan tindakannya, sehingga menjadi panutanh masyarakat.
“Mereka orang-orang yang bertanggung jawab atas segala ucapan dan tindak tanduknya. Didulukan selangkah, ditinggikan seranting, batangnya tempat bersandar, daunnya tempat bernaung, akarnya tempat bersila,” pungkasnya. (AS)