IslamToday ID –Rocky Gerung mengkritik kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang digulirkan mendikbud Nadiem Makarim. Menurut Rocky, efektifitas PJJ sangat rendah.
“Mereka yang belajar online itu mungkin penyerapannya itu saya hitung-hitung, kalau saya kalkulasi anak sekolah menengah itu 20 persen,” kata Rocky dalam channel youtube BMW Records (5/8/2020).
Menurut, Rocky rendahnya daya serap terhadap pelajaran terjadi lantaran selama ini peserta didik dibiasakan untuk bertatap muka dengan guru. Dimata peserta didik guru seolah memiliki daya pikat psikologis. Dalam arti lain, motivasi belajar muncul melalui tatap mata atau pertemuan langsung, bukan daring.
Mantan staff pengajar Universitas Indonesia ini mengatakan, pendidikan pada usia anak sekolah berbeda dengan mereka yang sudah berstatus mahasiswa. Mahasiwa dapat belajar sendiri, sedangkan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah sangat membutuhkan sentuhan jiwa seorang guru, bukan layar.
Lanjut Rocky, sentuhan jiwa seorang guru merupakan bagian dari upaya pembentukan intelektualitas. Menurutnya, pelaksanaan PJJ di saat pandemi tidak mempertimbangkan aspek pedagogi. Rocky meyakini mereka yang belajar tentang pedagogi tentu sangat paham tentang makna pembelajaran secara tatap muka.
“Anak butuh sentuhan jiwa guru bukan screen, komunitas itu bagian dari pembentukan intelektual. Kalau kita belajar pedagogi. Itu nggak terjadi kan? kata Rocky.
Peneliti Setara Institute ini menambahkan, kegagapan dalam merancang pendidikan di situasi pandemi saat ini memperlihatkan kepada kita semua tentang potensi lost generation. Maknanya, bonus demografi yang selama ini dibanggakan menjadi hilang sebab berubah menjadi minus kecerdasan.
Sementara itu, Mendikbud Nadiem mengatakan, bahwa kebijakan PJJ bukan pilihannya. Pernyataan itu dilontarkan Nadiem lantaran banyaknya kritik terhadap pelaksanaan PJJ.
Ia mengaku terpaksa mengambil kebijakan PJJ, lantaran krisis kesehatan akibat pandemic covid-19 masih berlangsung. Maka ia dihadapkan pada dua pilihan sulit, yakni, menyelenggarakan pembelajaran walau tidak maksimal atau tidak belajar sama sekali.
“Pada saat saya dapat menerima banyak kritik mengenai PJJ. Saya harus pertama mengklarifikasi bahwa ini bukan kebijakan yang kami inginkan . Kami terpaksa melakukan PJJ, karena opsinya karena ada krisis kesehatan opsinya masih ada pembelajaran walaupun tidak optimal atau tidak belajar sama sekali. Dan resikonya untuk tidak melakukan pembelajaran jarak jauh itu sangat besar untuk negara dan masa depan kita,” tutur Nadiem Kamis (6/8/2020) seperti dikutip dari akun youtube Najwa Shihab.
Kemudian Nadiem mengakui jika PJJ tidak efektif dan memiliki dampak negatif. Ia mengatakan ada tiga dampak negatif dari kegiatan PJJ. Yakni, terjadinya putus sekolah, penurunan capaian belajar lantaran adanya kesenjangan dan terakhir munculnya risiko kekerasan pada anak dan risiko eksternal lainnya.
“Ada Dampak psikologis untuk PJJ berkepanjangan, ini riil,” kata Nadiem (7/8/2020).
Penulis: Kukuh Subekti