IslamToday ID – Presiden Jokowi meminta agar krisis akibat pandemic covid-19 tidak disia-siakan. Menurutnya, krisis yang terjadi seharusnya menjadi momentum untuk melakukan lompatan untuk menjadi negara maju di tahun 2045.
“Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” tutur Jokowi saat memberikan pidato pada Sidang Tahunan MPR/DPR, Jumat (14/8/2020).
“25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia negara maju,” imbuhnya
Hingga kemarin, Kamis (13/8/2020), kasus positif virus corona di Indonesia mencapai 132.816 orang. Dari jumlah tersebut, 5.968 orang meninggal dunia. Pandemi covid-19 juga memperburuk kondisi ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terperosok hingga minus Minus 5,32 Persen pada Kuartal II-2020.
Menurut Jokowi, krisis yang melanda tidak hanya menimpa Indonesia, namun juga 215 negara di dunia. Semua menghadapi masa sulit akibat pandemi Covid-19. Negara miskin, berkembang, hingga maju, semuanya mengalami kemunduran.
Jokowi berpendapat, kondisi saat ini menjadi momentum yang tepat untuk melakukan pembenahan secara mendasar serta melakukan transformasi besar. Selain itu, menurut Jokowi, kondisi krisis saat ini juga menjadi momentum untuk menjalankan strategi besar, baik di di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.
Oleh karena itu, menurutnya pola pikir dan etos kerja juga harus berubah. Ia berpendapat, dalam kondisi krisis saat ini fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan. Maka dari itu “Efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi harus diprioritaskan. Selain itu, kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional harus ditingkatkan,” kata Jokowi.
Jokowi menambahkan, pandemi Covid-19 telah memaksa semuanya menggeser cara kerja. Cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra normal, cara-cara biasa menjadi cara yang luar biasa. Menurutnya, prosedur yang berbelit belit juga harus dipangkas.
“Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart shortcut, dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil,” ujarnya. (AS)