Islamtoday ID –Presiden Jokowi berulangkali menyampaikan untuk menggenjot transformasi ke arah digital di berbagai sektor. Menurut Presiden Jokowi, hal itu merupakan prasyarat dalam transformasi ekonomi bahkan demokrasi.
“Presiden Jokowi telah menyatakan bahwa Indonesia harus melakukan transformasi digital sebagai prasyarat transformasi ekonomi dan demokrasi digital,” kata juru bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman(31/8/2020).
Sebelumnya, pada awal Agustus lalu, Presiden Jokowi juga memerintahkan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Johnny G Plate untuk mempercepat perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital. Salah satu proyek infrastruktur yang harus diselesaikan ialah mempercepat ketersediaan layanan internet di 12.500 desa, kelurahan di Indonesia.
Presiden juga meminta kepada para jajarannya untuk lebih dulu mempersiapkan roadmap transformasi digital di semua bidang. Ia pun menyebutkan sejumlah bidang, sektor yang dimaksud ialah pemerintahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, industri, dan penyiaran.
“Jangan sampai infrastruktur digital yang sudah kita bangun justru utilitasnya sangat rendah,” kata Jokowi (3/8/2020).
Transformasi Digital Dalam Cengkraman Asing
Pada April lalu, disuguhkan fakta mengejutkan tentang gurita bisnis East Ventures. Cengkraman penrusahaan pengumpul modal asing ini terungkap dari beragam ‘penyimpangan’ kartu pra kerja.
East Ventures memang tidak terlibat langsung melainkan melibatkan perusahaan start up Ruangguru di dalamnya, sebagai salah satu dari delapan platform digital penyedia jasa pelatihan kartu prakerja. Sebuah program dengan anggaran negara senilai Rp 5,6 triliun.
Dikutip dari Islamtody.id (23/4) East Ventures merupakan perusahaan ventura terbesar di Asia Tenggara. Sejak didirikan pada tahun 2009 oleh Wilson Cuaca, hingga April lalu ia telah mampu mendanai 170 start up di Asia Tenggara. Sebanyak 30 start up yang didanai oleh East Ventures berada di Indonesia. Contoh start up yang dimaksud ialah Tokopedia, Go-Jek, Bukalapak, Traveloka, dan Sayurbox.
Presiden Jokowi dalam kabinetnya melibatkan dua orang yang merupakan bagian dari East Ventures, sebut saja CEO Ruanggguru Adamas Belva Syah Devara dan mantan CEO Gojek, Nadiem Makarim. Meskipun di tengah jalan Belva memilih mengundurkan diri akibat polemik keterlibatannya dengan program kartu pra kerja.
“Saya kira dengan pengunduran diri Belva ini, sorotan publik belum tentu akan berhenti karena masih menyisakan, satu, perusahaannya masih mendapatkan proyek yang cukup besar itu. Kedua adalah ternyata perusahaan itu adalah anak perusahaan dari perusahaan yang terdaftar di Singapura, ” tutur anggota Ombudsman RI, Alvin Lie (21/4/2020).
Selama pandemi Corona ini East Ventures juga terlibat dalam penyediaan vaksin melalui Nusantics dan Gerakan Indonesia Pasti Bisa. Nusantics merupakan bagian dari gerakan tersebut yang di dalamnya terdapat induk holding BUMN farmasi Bio Farma, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Selain East Venturas, di Indonesia juga ada perusahaan investasi digital lain yang bernama Alpha JWC Ventures yang pada Oktober 2019 melakukan investasi di perusahaan milik putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Perusahaan start up milik Gibran dan Kevin Susanto itu menerima investasi dari Alpha JWC Ventures sebesar US$ 5 juta atau setara dengan Rp 71 miliar.
Alpha JWC Ventures didirikan Chandra Tjan bersama Jefrey Joe dan Will Ongkowidjaja pada awal 2015. Sebelum mendirikan Alpha JWC Ventures, Chandra merupakan pendiri East Ventures bersama dengan Wilson Cuaca.
Penulis: Kukuh Subekti