(Islam Today ID) – Nilai penangan Covid-19 di Indonesia belum maksimal, Anggota Ombudsman RI Alamsyah Saragih mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengganti menteri yang tidak kompeten dan kontroversial.
“Saya melihat ini yang juga sangat penting bagi Presiden untuk dicermati. Sudahlah, waktu sudah pendek, kalau para pembantu presiden yang tidak kompeten, cenderung kontroversi, sebaiknya menurut saya di-reshuffle saja,” kata Alamsyah seperti dikutip dari Kompas, Senin (23/11/2020).
Pernyataan Alamsyah ini disampaikan menanggapi adanya kerumunan yang terjadi belakangan ini. Salah satunya yang melibatkan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Dirinya lantas menyinggung soal identifikasi terhadap potensi kerumunan massa saat penjemputan Rizieq.
Di Jakarta, kerumunan awalnya terjadi saat penyambutan kedatangan Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Selasa (10/11/2020). Bahkan, akses menuju bandara lumpuh.
“Kita jangan buang waktu ya. Kalau enggak, kacau terus ini semua penyelenggaraan pelayanan,” kata Alamsyah.
“Teman-teman di kepolisian kan punya Intelkam, sudah bisa lihat. Tentunya harus segera menjadi feedback, kepada mulai dari Menko Polhukam segala macam, treatment-nya juga harus clear, bukan dengan menyatakan atau mengancam,” sambungnya.
Kerumunan kembali terjadi saat acara pernikahan putri Rizieq dan peringatan Maulid Nabi di Petamburan, Jakarta Pusat, pada 14 November 2020. Ia berpendapat, kerumunan di Petamburan tersebut pun seharusnya dapat diprediksi dan diantisipasi.
Alamsyah mengatakan, pemerintah provinsi tidak dapat melakukan fungsi intelijen. Fungsi tersebut, katanya, dilakukan oleh instansi yang berada dalam wewenang pemerintah pusat. Setelah informasi didapat, menurutnya, pemerintah pusat dan pemprov seharusnya berdiskusi perihal penanganannya.
“Begitu dapat kondisi (informasi atau prediksi soal kerumunan) seperti itu, ya duduk bareng bagaimana caranya kita menyelesaikan, siapa yang harus mempersuasi,” tuturnya.
Ia pun melihat adanya faktor kelalaian dari pihak pemerintah karena menganggap remeh dan tidak melakukan mitigasi dengan baik terhadap kerumunan tersebut.
“Menurut saya lalai, dan lalai ini menurut saya karena terlalu menganggap enteng. Jadi dia kaget di akhir, harus kita akui sajalah, sekarang kaget di akhir, baru mengambil tindakan-tindakan yang akhirnya salah berulang-ulang,” katanya. [wip]