(IslamToday ID) – Seiring menipisnya lahan yang tersedia di Kalimantan dan Sumatera, organisasi lingkungan Greenpeace Indonesia sebut korporasi di bidang perkebunan sawit mulai rambah lahan ke hutan-hutan di papua.
“Lahan di Sumatera, Kalimantan itu sudah habis. Sehingga mereka [korporasi sawit] mulai mengalihkan ekspansi mereka ke Papua. Kebetulan Papua hutannya masih bagus,” ungkap Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas seperti dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (3/12/2020).
Menurut catatan Greenpeace Indonesia, Kalimantan telah kehilangan 1.778.125 hektare hutan sementara di Sumatera kehilangan 712.001 hektare hutan dalam konsesi perkebunan sawit sepanjang 2001-2019.
Diakui Arie, masih sulit mendapatkan angka persis soal luas hutan yang hilang, sebab data perizinan hingga kini masih tidak dipublikasikan pemerintah. “Sejauh ini luasan konsesi perkebunan di Indonesia seluas 22.192.649 hektare.”
Sementara data Greenpeace menunjukkan peningkatan izin lahan sawit di Papua mulai meningkat sejak 2005. Pada 2019 tercatat ada 2.951.883 hektare lahan sawit di Papua dan 1.867.969 hektare lahan sawit di Papua Barat.
Luas areal lahan untuk sawit tersebut masih memiliki tutupan hutan. Sehingga muncul dugaan, pembukaan lahan pada beberapa kasus dilakukan dengan cara pembakaran yang disengaja.
Arie menduga selain karena menipisnya lahan di sebagian daerah Indonesia, Papua dijadikan target ekspansi sawit lantaran keterbatasan informasi warga di sana.
Ia menjelaskan, sesungguhnya banyak lahan di Papua yang dimiliki masyarakat adat. Akan tetapi mereka belum mendapatkan kepastian akses untuk mengelola hutan tersebut, sehingga kedudukannya lemah secara hukum.
Situasi ini yang menurut Arie membuat izin usaha perkebunan dan Gak Guna Usaha (HGU) lebih mudah diberikan pemerintah kepada korporasi sawit. Meskipun, kondisi sosial di sana pun berpotensi memunculkan konflik dengan masyarakat setempat.
“Komoditas sawit juga hanya bisa tumbuh di hutan hujan, hutan tropis. Dan di Indonesia, itu [Papua] jadi salah satu pilihan yang paling tepat. Di tengah kebijakan Indonesia juga yang welcome terhadap bisnis industri sawit ini,” ungkapnya lagi
Namun, anggapan Greenpeace dibantah Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono. Menurut dia, ekspansi lahan sawit ke Papua bukan lantaran keterbatasan informasi warga setempat ataupun menipisnya lahan di Kalimantan dan Sumatera.
“Kebanyakan yang di Papua adalah izin-izin lama yang belum ditanam. Oleh karena itu, saat ini juga dievaluasi berdasar Inpres Nomor 8/2020 tentang moratorium,” terangnya.
Joko menambahkan, kalaupun ada pengembangan ke wilayah Papua, hal tersebut lantaran kebutuhan pertumbuhan ekonomi di Papua memerlukan investasi. “Bukan karena alasan Sumatera dan Kalimantan,” tutur dia lagi.
Ia pun mengklaim, ekspansi lahan sawit pun bakal dilakukan sesuai peraturan. Menurut Joko kecil kemungkinan perusahaan membakar hutan secara disengaja hanya untuk membuka lahan.
“Sangat kecil kemungkinan perkebunan sawit membuka lahan dengan membakar, karena akan berhadapan dengan hukum yang sangat berat,” pungkas Joko. [wip]