(IslamToday ID) – Pasien Covid-19 yang meninggal dunia karena tidak dapat pertolongan medis yang memadai lantaran rumah sakit (RS) penuh dikabarkan semakin banyak.
“Kami mendapatkan laporan banyak sekali pasien yang meninggal di perjalanan dengan ambulans. Saya mendapatkan (laporan) enam pasien yang meninggal di IGD karena tidak mendapatkan ICU dan sudah penuh di seluruh Jabodetabek,” kata dr Tri Maharini dari Lapor Covid seperti dikutip dari Kumparan, Rabu (6/1/2021).
Dalam paparannya saat webinar bertajuk “(Menghindari) Robohnya Layanan Kesehatan Kita” , Tri menyebut sejumlah laporan lain misalnya pada 2 Januari 2021 seorang warga Tangerang masih belum mendapatkan ruang rawat di RS sehingga harus isolasi mandiri di rumah bersama anggota keluarga lain yang positif Covid-19. Kondisinya membaik tetapi masih sesak napas.
Kemudian 3 Januari 2021, seorang warga Jakarta melaporkan, berdasarkan situs Dinkes Jakarta ruang ICU masih tersedia, tetapi kenyataannya setelah menghubungi RS terkait pelapor harus menunggu 15 antrean. Pada tanggal yang sama ada laporan warga meninggal di taksi daring setelah ditolak 10 RS di Depok, Jawa Barat.
Tak hanya pasien yang membludak, kata Tri, para tenaga kesehatan juga kewalahan. “Ternyata tenaga kesehatan yang masuk ke ICU dan juga isoman (isolasi mandiri) sangat banyak,” ujarnya.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa okupansi rumah sakit di daerah-daerah episentrum sudah penuh.
Salah satu daerah yang dicontohkannya adalah di Surabaya. Selain kondisinya penuh, masih banyak pasien yang mengantre di IGD. “Data BOR (bed occupancy rate) ICU RS rujukan Covid di Surabaya 100 persen. Artinya full semuanya. Ini benar berdasarkan laporan teman-teman IDI di sana,” ujarnya.
Sementara, ekonom Faisal Basri menyindir pemerintah yang malah fokus pada angka kesembuhan dan vaksin, padahal sistem kesehatan sudah di ambang kolaps.
“Pemerintah terus saja fokus pada angka kesembuhan dan vaksin, padahal kondisi sistem kesehatan yang sudah di ambang kolaps tak kunjung direspons secara proper,” tulisnya di akun Twitter @FaisalBasri. [wip]