(IslamToday ID) – Kenaikan harga cabai memang seperti efek roller coaster. Pasalnya, kenaikan harga yang terjadi tidak wajar hingga berlipat. Padahal 2020, petani sempat mengalami kejatuhan harga cabai di tingkat petani hanya Rp 5.000 per kg, kini di konsumen sudah mencapai Rp 140.000 per kg.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengungkapkan tidak sedikit petani cabai yang harus gagal panen akibat serangan hama, termasuk kebiasaan tikus menggerogoti cabai.
“Ada hambatan, aneh juga yang Blitar tikus makan cabai rawit,” katanya seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (23/3/21).
Hal ini membuat sebagian hasil panen tidak layak untuk terdistribusikan ke masyarakat. Ketika stok panen semakin sedikit, maka harganya pun merangkak naik. Apalagi kebutuhan cabai menjelang bulan Ramadan juga terus meningkat.
“Karena pasokan belum ada, belum panen juga. Pasokan yang ada sekitar 50 persen di antaranya rusak,” ujar Hamid.
Memasuki akhir Maret, ada pasokan dari berbagai daerah di Jawa yang siap panen dan terdistribusikan ke wilayah lain. Stok ini diyakini bisa menurunkan harga cabai beberapa hari ke depan.
“Daerah-daerah seperti Magelang satu bulan bisa 500 ton untuk masuk ke satu pasar, mungkin yang sekarang kawan-kawan daerah per bulan mulai masuk sekitar 200 ton per bulan. Jadi mudah-mudahan ada penambahan dan tingkat penyakitnya menurun,” jelasnya.
Dengan persediaan tersebut, maka kebijakan impor bisa menjadi pilihan terakhir. Sudah ada pengalaman ketika stoknya melimpah jauh dari kebutuhan, harganya juga anjlok. Namun, perlu juga kontrol yang tepat mengenai distribusinya. Jangan sampai ada permainan tengkulak yang membuat harga tetap melonjak tinggi.
“Ingat tahun lalu di tingkat petani cabai harga Rp 4.000-Rp 5.000 berlangsung dari bulan Maret hingga September. Enam bulan menderita, banyak yang sudah bangkrut,” pungkas Hamid. [wip]