(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menilai telah terjadi kesalahan prosedur, tidak fair, dan tidak transparan dalam pembentukan Panitia Seleksi (Pansel) BPH Migas dan proses seleksinya.
Alasannya, BPH Migas adalah lembaga independen yang dibentuk sesuai perintah UU Migas No 22 Tahun 2001 yang bertanggung jawab kepada presiden.
Dengan demikian, semestinya yang membentuk Pansel adalah Sekretariat Kepresidenan, bukan Kementerian ESDM seperti yang dilakukan saat ini. Hal ini sebagaimana tercantum pada UU Migas, Bab IX Pasal 47 Ayat (3) Ketua dan anggota Komite Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh presiden setelah mendapat persetujuan DPR RI. Kemudian pada ayat (4) Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam PasaI 8 ayat (4) bertanggung jawab kepada presiden.
Selanjutnya ayat (5) Pembentukan Badan Pengatur sebagaimana dimaksud daIam PasaI 8 ayat (4) ditetapkan dengan keputusan presiden.
“Karena itu pembentukan Pansel semestinya Sekretariat Kepresidenan, bukan Kementerian ESDM,” ujar Yusri seperti rilis yang dikutip dari Republika, Ahad (4/4/2021).
Lanjut Yusri, bahwa persyaratan sesuai Keputusan Menteri ESDM No 11.K/KP.03/MEM.S/ 2021 tentang Pedoman Seleksi Calon Ketua dan Anggota Komite BPH Migas, poin b. berusia paling rendah 40 tahun dan paling tinggi 60 tahun pada saat pendaftaran telah menghilangkan kesempatan dari senior profesional berpengalaman yang masih diperlukan tenaga maupun pemikirannya.
Selain itu juga generasi muda milenial yang kompeten di negeri ini untuk ikut serta dalam seleksi tersebut. “Penentuan syarat pembatasan usia melanggar UU Migas dan HAM,” ungkap Yusri.
UU RI No 22 Tahun 2001 tentang Migas pada Bab IX Pasal 47 Ayat 2: (2) Komite sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas satu orang ketua merangkap anggota dan delapan orang anggota, yang berasal dari tenaga profesional.
Peraturan Pemerintah (PP) No 67 Tahun 2002, Bab IV Pasal 19: Tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa.
Pada BAB lV KOMITE Bagian Kesatu Ketentuan Persyaratan Pasal 19 yang berbunyi untuk dapat diangkat menjadi Anggota Komite wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut ; a. Warga Negara lndonesia; b. Mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi; c. Mempunyai pendidikan, pengalaman dan kemampuan profesionalisme yang dibutuhkan; d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan; e. Tidak terikat perjanjian atau memiliki kepentingan finansial dengan suatu Badan Usaha atau Badan Usaha tetap atau seluruh pelaku kegiatan usaha yang bergerak di bidang Minyak dan gas Bumi; f. Selama menjadi Anggota Komite, bersedia untuk tidak bekerja pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi serta usaha lainnya.
Selanjutnya, dalam UU RI No 12 Tahun 2001 Bab IX Pasal 47 Ayat 2 & Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 2002 Bab IV Pasal 19 di atas tidak ada satu butir ayat pun syarat untuk menjadi komite dengan pembatasan umur kecuali disebut profesional.
Selanjutnya, Pasal 28 E ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Selain itu Pasal 4 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbunyi hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.
Saat ini justru di antara yang lolos terdapat calon-calon yang tidak profesional, diragukan pengalamannya tentang migas, sementara persyaratan minimal memiliki pengalaman 10 tahun di bidang migas kurang menjadi perhatian utama.
“Cara-cara Menteri ESDM dalam seleksi komite bisa berisiko fatal, pengelolaan hilir migas menjadi korban,” tegas Yusri seperti dikutip dari Republika, Senin (5/5/2021).
Terkait ketentuan yang lalu, lanjut Yusri, Pansel Komite BPH Migas yang membentuk Sekretariat Kepresidenan itulah yang benar.
“Saya sayangkan, Komisi VII DPR RI kali ini kurang jeli, atau jangan sebagian sudah masuk angin, oleh karena itu sebaiknya presiden anulir Pansel ini dan sesuaikan aturan, ini menyangkut juga wibawa presiden,” ungkap Yusri. [wip]