(IslamToday ID) – Tanggal 1 Mei diperingati warga dunia sebagai Hari Buruh Internasional atau International Workers’ Day atau May Day.
Hari Buruh 1 Mei merupakan sebuah hari untuk memperingati perjuangan bersejarah dan keuntungan yang dibuat oleh pekerja dan gerakan buruh, yang dilakukan di banyak negara. Di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, peringatan serupa sering dirayakan.
Melansir Britannica, Sabtu (1/5/2021), perayaan bagi pekerja dan buruh ini memiliki sejarah yang panjang. Dari akar radikal dalam gerakan awal para sosialis, akhir pekan libur panjang, hingga protes yang terkadang keras.
Sejak awal, 1 Mei sudah dirayakan di seluruh dunia sebagai May Day atau perayaan musim semi kuno yang melibatkan bunga-bunga dan tarian. Tetapi tanggal tersebut kemudian diusulkan sebagai pengakuan hak-hak bagi para pekerja oleh Second International, sebuah koalisi partai-partai sosialis dan Marxis serta kelompok-kelompok buruh yang didirikan di Paris, di tengah dorongan di seluruh dunia untuk kondisi kerja yang lebih baik dan kesadaran akan kelas yang meningkat.
Hingga akhirnya pada 1889, federasi internasional kelompok sosialis dan serikat pekerja menetapkan 1 Mei sebagai hari untuk mendukung para pekerja, dalam rangka peringatan Kerusuhan Haymarket di Chicago pada 1886.
Lima tahun kemudian, Presiden Amerika Serikat (AS) Grover Cleveland yang gelisah dengan asal-usul sosialis Hari Buruh, menandatangani undang-undang yang menyatakan Hari Buruh sebagai hari libur resmi AS untuk menghormati para pekerja. Kanada mengikutinya tidak lama kemudian.
Apa yang dimulai sebagai Hari Buruh Internasional yang berawal dari kerusuhan di Chicago pada Mei 1886, selanjutnya menyebar ke bagian lain dunia, India tidak terkecuali. Perayaan pertama Hari Buruh di India berlangsung di Chennai pada 1 Mei 1923. Diorganisir oleh Partai Kisan Buruh Hindustan, bendera merah yang merupakan lambang kelas buruh, juga digunakan di India.
Pemimpin partai, Singaravelu Chettiar melakukan perayaan May Day di dua tempat. Satu di pantai di seberang Madras High Court dan lainnya di pantai Triplicane. Ia memimpin pertemuan dan membuat resolusi yang menyatakan hari libur pada 1 Mei disahkan. Hari itu juga menjadi sebuah kesempatan untuk menegaskan prinsip-prinsip partai, meminta bantuan keuangan, dan membahas tujuan kemandirian bagi para pekerja di dunia.
Lain lagi di Eropa, pada 1 Mei secara historis dikaitkan dengan festival pagan pedesaan, tetapi makna asli hari itu secara bertahap digantikan oleh asosiasi modern dengan gerakan buruh. Di Uni Soviet, para pemimpin memperingati hari libur baru dan percaya hal itu akan mendorong pekerja di Eropa dan AS untuk bersatu melawan kapitalisme.
Hari pertama Mei kemudian menjadi hari libur di Uni Soviet dan di negara-negara blok Timur. Terdapat parade-parade meriah termasuk salah satunya dilakukan di Lapangan Merah Moskow yang dipimpin oleh pejabat tinggi pemerintah dan Partai Komunis. Mereka merayakan hari para pekerja dan menunjukkan kekuatan militer Soviet.
Di Jerman, Hari Buruh menjadi hari libur resmi pada 1933 setelah bangkitnya Partai Nazi. Ironisnya, Jerman menghapus serikat pekerja bebas, sehari setelah menetapkan hari libur pada 1 Mei yang hampir menghancurkan gerakan buruh di Jerman.
Dengan pecahnya Uni Soviet dan jatuhnya pemerintah komunis di Eropa timur pada akhir abad ke-20, perayaan May Day skala besar di wilayah itu menurun. Namun, di banyak negara di seluruh dunia, May Day telah diakui sebagai hari libur umum dan terus dirayakan dengan piknik bersama dan pesta sembari melihat kesempatan untuk demonstrasi mendukung hak-hak pekerja.
Negara lainnya seperti di Jepang, tidak ada hari libur resmi pada 1 Mei. Kebanyakan orang mengambil hari libur mereka karena jatuh di antara hari libur nasional lainnya. Mulai dari 29 April, “Minggu Emas” dimulai. Hari itu dirayakan sebagai Hari Ulang Tahun Kaisar Showa, yang memerintah antara 1926 dan 1989. Sementara 3, 4, dan 5 Mei dirayakan sebagai Hari Peringatan Konstitusi, Hari Hijau, dan Hari Anak.
Sedangkan peringatan Hari Buruh di Indonesia dimulai di era kolonial pada 1 Mei 1918 oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee. Gagasan mengenai Hari Buruh di Indonesia muncul setelah tokoh kolonial, Adolf Baars mengkritik harga sewa tanah milik kaum buruh yang terlalu murah untuk dijadikan perkebunan. Di samping itu, para buruh bekerja dengan upah yang tak layak.
Pascakolonial, sejarah Hari Buruh juga muncul pada era kemerdekaan. Pada 1 Mei 1946 sejarah mencatat Kabinet Sjahrir justru menganjurkan peringatan ini. Lewat UU No 12 Tahun 1948 diatur bahwa tiap 1 Mei buruh boleh tidak bekerja.
Undang-undang tersebut juga mengatur perlindungan anak dan hak pekerja perempuan. Sayangnya, di era Orde Baru perayaan Hari Buruh dilarang keras karena identik dengan paham komunis.
Peringatan Hari Buruh kembali menggema di era reformasi. Bahkan pada 1 Mei 2013 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan Hari Buruh sebagai hari libur nasional. [berbagai sumber/wip]