(IslamToday ID) – Peretasan atau serangan digital menimpa delapan anggota Indonesia Corruption Watch (ICW) pada hari Senin (17/5/2021) saat akan menggelar konferensi pers tentang “Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai”.
“ICW mencatat di ICW sendiri kejadiannya ada sebanyak delapan orang yang mengalami serangan digital. Dengan klasifikasi empat orang WhatsApp-nya di-takeover hingga saat ini, kemudian dua sudah bisa dipulihkan, dua orang lainnya baru proses percobaan,” kata peneliti ICW Wana Alamsyah seperti dikutip dari Tempo, Selasa (18/5/2021).
Ia mengatakan kasus pertamanya terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, saat salah satu anggota ICW mendapat telepon nomor asing dari Amerika Serikat (AS). Dari situ, WhatsApp-nya tak bisa lagi digunakan. Upaya peretasan juga terjadi pada aplikasi chat Telegram hingga e-mail para anggota ICW.
Selain itu, Wana mengatakan salah satu anggota ICW lain yang tengah berada di luar kota juga ikut mengalami peretasan. Namun pola yang ia alami sedikit berbeda, yakni order fiktif lewat aplikasi makanan. “Jadi dia tiba-tiba ponselnya memesan makanan lewat aplikasi (tanpa diinginkan), food bombing yang dilakukan,” kata Wana.
Para anggota ICW juga disebut Wana mengalami robocall, alias ditelepon berulang-ulang oleh nomor-nomor tak dikenal secara terus menerus. Beberapa orang di antaranya, bahkan mencapai 20 hingga 30 kali mendapat panggilan.
Diskusi “Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai” yang ICW adakan bersama sejumlah eks pimpinan KPK itu juga ikut mendapat teror. Wana mengatakan ada beberapa orang yang berusaha menyamar sebagai panelis.
“Misalkan tadi yang (berpura-pura jadi) Abraham Samad, ada yang Busyro Muqoddas, ada Bambang Widjojanto, bahkan ada nama-nama dari anak ICW lama yang sudah keluar, misalkan Tama Satrya Langkun. Itu ada nama-nama yang menyamar sebagai mereka-mereka ini,” kata Wana.
Ia menilai peretasan ini adalah upaya intimidasi dan teror yang diberikan kepada para aktivis. Terlebih saat ini, ICW tengah getol-getolnya melakukan penolakan besar-besaran terhadap tes wawasan kebangsaan (TWK) yang dilakukan pada pegawai KPK.
“Kami melihat ini ada keterkaitannya. Karena bukan hanya pada kali ini saja, ada protes kemudian ada serangan digital. Kita bisa melihat dalam aksi-aksi omnibus law, reformasi dikorupsi, pola-pola tersebut kerap terjadi,” kata Wana.
Ia pun menegaskan bahwa cara semacam ini adalah tanda darurat bagi iklim demokrasi Indonesia.
HP Diganggu
Di waktu bersamaan, peretasan juga menimpa mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Bambang mengatakan dirinya terlambat bergabung dalam konferensi pers via Zoom yang disiarkan langsung di akun YouTube Sahabat ICW ini lantaran mengalami gangguan siber itu.
“Maaf saya terlambat masuk karena HP saya diganggu, sangat diganggu, dan WA saya sekarang sudah di-hijack dua jam sebelum acara ini,” kata Bambang.
Ia mengaku kini tak bisa mengakses akun WhatsApp-nya. Untuk sementara ia berkomunikasi lewat aplikasi perpesanan yang lain.
Percobaan peretasan juga dialami mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas. Busyro mengatakan ada indikasi percobaan peretasan ke ponselnya. Ia juga menerima gangguan sebelum konferensi pers itu.
“Bahkan ada yang di-hack, indikasi kuat barusan HP saya juga di-hack, diganggu-ganggu beberapa kali, dan sejumlah teman menjelang webinar ini (juga diganggu),” kata Busyro dalam forum yang sama.
Bambang Widjojanto mengatakan ia terus menerima telepon sepanjang berbicara di konferensi pers itu. Moderator Nisa Zonzoa mengatakan ia pun mengalami hal yang sama.
Selain Bambang Widjojanto dan Busyro Muqoddas, sejumlah pimpinan KPK hadir dalam konferensi pers itu. Di antaranya Agus Rahardjo, Saut Situmorang, M Jasin, dan Adnan Pandu Praja.
Mereka menyampaikan sikap ihwal pelemahan KPK yang terus terjadi, teranyar dengan pemberhentian 75 pegawai KPK yang dinyatakan tak lolos tes wawasan kebangsaan dalam proses alih status menjadi ASN.
Mengadu ke SAFEnet
Koordinator Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto mengatakan lembaganya menerima aduan baik dari perorangan maupun lembaga ihwal insiden-insiden serangan digital yang terjadi dalam beberapa rangkaian sepanjang hari Senin.
“Semua terjadi dalam beberapa rangkaian, jadi tidak cuma satu bentuk. Kami sekarang masih membantu satu-satu dan mengumpulkan aduan,” kata Damar.
Ia mengatakan belum dapat merinci secara detail bentuk-bentuk serangan digital yang terjadi. Namun ia tak menampik dua di antaranya ialah peretasan pada akun WhatsApp dan sabotase saat konferensi pers virtual mantan pimpinan KPK yang digelar ICW.
Damar membenarkan bahwa ICW, LBH Jakarta, serta Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto telah mengadukan serangan digital yang dialami ke SAFEnet. “Iya betul. Prosesnya masih berjalan, jadi saya belum bisa menyampaikan detailnya,” kata Damar.
Ia mengatakan mendapat informasi ihwal adanya serangan digital tersebut pada siang hari. “Namun untuk kronologi masih disusun,” ujarnya.
Serangan digital kepada pegiat antikorupsi tersebut bukan kali pertama terjadi. Damar mengatakan, hal ini menunjukkan adanya upaya-upaya untuk melemahkan gerakan masyarakat sipil yang berusaha menyampaikan pendapat ihwal kondisi di Tanah Air.
“Perlu kesadaran bersama buat semua pihak bahwa cara-cara seperti ini tidak membuat iklim demokrasi menjadi lebih baik,” kata Damar. [wip]